Nyaris di hampir satu minggu ini, di sela persiapan pernikahan mereka. Sherina dan Sadam hanya bisa bertemu di tengah malam karena Sadam yang selalu pulang di atas jam sebelas malam. Sadam mengurus segala pekerjaannya di OUKAL, merekap donasi dari para pemerhati lingkungan hidup dan alam untuk keberlangsungan proses reboisasi di hutan Kalimantan yang juga masih terus berproses.
"Dam, kamu masih belum bisa pulang ya?" tanya Sherina di sambungan telepon saat ia baru saja akan beranjak dari kantor menuju ke butik tempat Acha bekerja. Sherina sudah meminta bantuan Acha untuk membuatkan nya gaun untuk foto prewed juga kebaya untuk resepsi nanti. Konsep pernikahan dengan adat Sunda, Sherina tidak mau banyak berganti pakaian, hanya meminta satu kebaya yang simple dan tidak membuat nya kesulitan berjalan ketika harus mingle menghampiri para tamu yang hadir nanti. Tentu sudah satu set dengan pakaian yang akan Sadam kenakan juga.
"Belum bisa neng, harus ke butik ya buat ukur? Baju buat prewed bisa gak kalau punyaku yang biasa saja neng?"
"Buat prewed sih baju kita sudah aman, untuk acara nikahan nanti ini.. kamu yakin gak mau pilih-pilih dulu Yang?" tanya Sherina yang saat ini sudah duduk di sebelah kursi kemudi, mobil Aryo.
"Aku percayain sama kamu neng, yakin selera kamu oke kok.. lagian urusan baju aku gak begitu ngerti juga.. gak apa-apa ya gak aku temenin?"
"Ya udah deh, gak menerima protes ya kalau tidak cocok nanti.."
"Iya sayang.. kamu udah sama Aryo ini?"
"Udah, udah mau jalan kita.. kenapa?"
"Boleh ngomong bentar sama Aryo?"
Sherina memberikan ponselnya pada Aryo "Nih mau ngomong katanya.."
"Iya gimana Dam?" tanya Aryo setelah menempelkan ponsel pada telinganya.
"Maaf ya jadi ngerepotin lo terus beberapa hari ini karena gue gak bisa jemput Sherina.."
"Aman kok Dam.. dengan senang hati gue bantu kalian.. di maklum lah calon pengantin kan sibuk-sibuk sekarang sat set ngurus kerjaan biar setelah hari H bisa menikmati waktu tanpa gangguan.." jawab Aryo. "Kita jalan dulu ya Dam.. lo yang tenang aja, gue pastiin Sherina balik ke apartemen tanpa lecet.."
"Thanks ya Yo.." kemudian panggilan terputus.
Sampai di butik, Sherina dengan antusias membahas seperti apa kebaya yang di inginkannya pada Acha yang juga menyimak dengan seksama.
"Kamu yakin mau pakai kebaya sepanjang acara Sher?" tanya Acha.
Sherina mengangguk "Ganti baju, ganti look make up terlalu makan waktu Cha. Lagian aku mau pertahanin siger sunda nya itu.. makanya kenapa aku minta kebaya yang simple, kain bawahnya kalau bisa yang gak bikin aku susah jalan.." kemudian Sherina mengetuk-ngetuk jemari di dagunya. "Eh tapi kalau setelah akad ganti sama dress yang di pakai pas prewed oke juga gak sih?" Sherina berubah pikiran tiba-tiba.
"Menurut aku sih dress prewednya terlalu biasa Sher kalau untuk acara di hari H atau bisa aja sih nanti gak perlu dipakai corset top nya? Biar aku bikin look dressnya sedikit lebih modern aja.. gimana?" tanya Acha.
"Aku udah suka sama look dress nya yang vintage itu Cha, lagian kan lokasi kita foto juga di Bosscha rasanya akan cocok dengan look yang itu.. kalau di hari H look nya jadi lain meski itu dress yang sama sih tetap akan jadi lain gak sih? Aku maunya berkesinambungan gitu, kan nanti foto-foto prewed di pajang.. Coba aku tanya Sadam sebentar." Kemudian Sherina mengeluarkan ponselnya, menghubungi Sadam untuk meminta pendapat. "Yang, aku mau tanya sebentar.." ujar Sherina tanpa basa-basi saat panggilannya terjawab.
"Kenapa neng?"
"Kalau hari H setelah akad kita pakai baju untuk prewed nanti gimana? Oke gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Akan Ku Tunggu
FanfictionTentang Sherina dengan segala keraguannya dan Sadam yang setia menunggunya. Jika kalian percaya dengan peribahasa "Mati satu tumbuh seribu". Tidak dengan Sherina. Baginya, satu yang hilang meski diganti dengan seribu tetap tidak akan sama. Begitu...