-4-

395 38 22
                                    

Saat masuk ke dalam cafe, Sherina langsung mengarah ke lantai atas, tempat Sadam menunggu. Sherina bisa melihat jelas seseorang yang dicarinya selama tujuh tahun ini tengah duduk di salah satu kursi di sana. Tidak banyak yang berubah kecuali warna kulit yang sedikit menggelap dan dia sekarang berkumis juga berjanggut. Sherina tersenyum sambil terus jalan menghampiri Sadam yang nampak tidak menyadari karena fokus dengan smartphonenya.

"Ekhem..." interupsi dari Sherina membuat Sadam terperangah, sedikit kaget lalu tersenyum. "Hai.." sapa Sherina, canggung.

"Astaga.. akhirnya..." desis Sadam yang kemudian berdiri dari duduknya, menghampiri Sherina yang kemudian dipeluknya. Aksi Sadam yang memeluknya tiba-tiba membuat Sherina yang terkejut kali ini. Beruntung, situasi di area rooftop malam ini tidak begitu ramai, setidaknya mereka tidak jadi tontonan banyak orang. "Apa kabar?" tanya Sadam sesaat setelah melepas pelukannya.

"Ba-ik.." Sherina kelu. "By the way, sorry Dam aku agak bau matahari ya? hehe" Sherina terkekeh kemudian duduk berhadapan dengan Sadam.

"Ya ampun Sher.. haha dikiiit, tapi ya wajar dong. Habis liputan dari terang sampai gelap. Capek pasti, sorry ya, harusnya sekarang kamu istirahat, malah keganggu waktunya buat ketemu aku."

"It's oke, aku gak capek kok. Lagi pula aku juga pengen denger apa yang mau kamu jelasin ke aku.." jawab Sherina sebelum akhirnya seorang waiters menginterupsi mereka dengan membawa menu. Mereka bahkan lupa jika belum memesan apapun.

"Jadi apa yang mau kamu jelasin?" todong Sherina setelah sang waiters pergi.

"Untuk tujuh tahun ke belakang ini, aku minta maaf Sher.." Ada penyesalan dari sorot mata Sadam.

"Maaf untuk?" Sherina menumpu dagunya dengan sebelah tangan, menyimak apa yang akan Sadam ucapkan lagi kali ini.

"Karena menghilang tanpa kabar selama ini."

"Hhhh..." Sherina menghela nafas, memundurkan tubuhnya, bersandar pada kursi. "Aku bingung harus mulai dari mana Dam, banyak pertanyaan di kepalaku sebenarnya." Sherina melipat tangannya. "Kamu nih kenapa? Ke mana selama tujuh tahun ini? Apa aku ada salah? Seingatku kita baik-baik aja waktu kamu pamitan buat pergi ke Sydney ikut mami dan kakak-kakakmu tinggal disana. Setelahnya kamu ngilang, susah banget aku cari kabar kamu sekalipun dari mami atau kakak-kakak kamu." Akhirnya Sherina mengeluarkan sedikit unek-uneknya.

"Aku sendiri bingung Sher aku kenapa.." Sadam terkekeh kecil. "Akupun ngerasa salah ngejauh dari kamu, berusaha lepas dari bayangan kamu, nyatanya gak bisa juga. Aku selama ini masih terus cari tahu tentang kamu dari media social, sampai akhirnya lihat kamu di tv, liputan." 

Sherina menyimak dengan seksama, tapi penjelasan Sadam tidak menjawab sama sekali. Baginya, justru menambah daftar pertanyaan di kepalanya.

"Ya terus kenapa?"

"Permisi kak, ini pesanannya." Waiters yang berbeda tiba-tiba muncul membawa pesanan mereka. Sherina menghela nafas. Dia merasa salah memilih tempat ini untuk bertemu Sadam, terlalu banyak iklan pikirnya.

"Dam, kita baru aja ketemu. Ekspresi kamu bikin aku ngeri tau! Tadi keliatan bersalah banget, bisa tiba-tiba senyum geli gitu! Ngilang tujuh tahun jangan-jangan sekarang kamu jadi psycho?!" Sherina menyesap kopinya.

"Makan dulu Sher, kamu gak laper apa seharian habis kerja?" Sadam mendorong piring berisi Fettuccine Carbonara ke arah Sherina dan hanya di respon dengan ekspresi galak Sherina. "Iya, aku janji habis makan aku jelasin Sher.." Kemudian hening, mereka asik menyantap makanan masing-masing.

"Kemarin ke Bandung berapa hari?" di tengah-tengah kegiatan 'mari menyantap makanan bersama' tiba-tiba Sadam bertanya.

"Semalem aja. Kemaren tuh Mang Roni ada bilang kalau kamu juga di Bandung dua minggu?!" jawab Sherina di tengah kunyahannya.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang