Memories

2.1K 230 139
                                    

Suatu hari di kala senja mulai membungkus bumi, seorang pria berprawakan kurus namun tampan termenung melihat teman se usia dia dan ada juga di bawahnya sedang bermain bola di lapangan.

Pria kecil itu hanya memperhatikan tanpa berniat ingin bergabung, sebab memang dia juga tidak di ajak bermain. Lapangan itu tidak terlalu besar, berada di dalam panti. Panti asuhan yang di bangun se adanya di ulsan, usianya sudah sepuluh tahun berdiri mencoba kokoh. Terdapat anak-anak yang kehilangan orang tuanya, di telantarkan maupun sengaja di taruh di sana, berkumpul semua. Tidak ada yang di beda-bedakan.

Bunda tidak pernah mengajarkan mereka untuk tidak saling mengasihi, namun namanya anak-anak pasti ada saja fase yang sibuk sendiri karna mementingkan diri sendiri. Sebab rata-rata anak-anak yang ada di sana di bawah delapan belas tahun. Masih terbilang labil.

"Hai"

Pria kecil yang masih duduk di atas rerumputan, menoleh ketika mendengar suara wanita lucu menyapanya. Gadis itu tersenyum kepadanya, manis sekali. Bulu mata pria ini mengerjap pelan lucu memperhatikan presensi gadis tersebut.

Gadis itu tinggi, rambutnya hitam panjang dan indah. Kulitnya putih mulus, wajahnya bundar, mata nya bulat berwarna coklat persis seperti boneka. Hidungnya mancung serta bibirnya se merah delima. Tanpa sadar, pria kecil ber usia tujuh belas tahun ini tersipu.

"Kau tidak ikut bermain di sana ?" Tunjuk gadis mungil itu

Pria kecil ini menggeleng. Lalu ke adaannya kembali hening, namun gais itu tak langsung berhenti berbicara sampai di sini saja. Gadis itu memilih duduk di sampingnya, yang mana membuat sang pria benar-benar semakin merona. Dia gugup sekali.

"Aku kim lalisa, kau siapa ?" Tau-tau gadis itu ber ucap, ia menyodorkan tangannya meminta berjabat

Pria kecil ini masih memproses segala nya, namun tak lama ia memberanikan diri membalas jabat tangan gadis yang bernama kim lalisa itu "jeon seagul" katanya

"Ah, jeon.. aku bisa memanggil mu jeon kalau begitu ?"

Jeon mengangguk, masih tetap memandang gadis di sampingnya ini yang sekarang sedang memperhatikan pria-pria bermain bola. Jeon menatap nya tanpa berkedip, gadis itu cantik sekali.

"Aku baru datang ke sini, di bawa oleh bunda. Bunda baik sekali ya" cerocos lisa, pria ini hanya mengangguk "seperti bunda maria, hihi"

Lisa memajukan bibirnya sedikit, pria di sampingnya itu kaku sekali. Sepertinya introvert, namun lisa justru malah tertarik sebab ada tantangan tersendiri baginya untuk berteman dengan jeon.

"Aku mengganggumu ya, jeon ? Jika iya aku akan pergi saja" kata lisa, ia sudah ingin bangkit namun buru-buru jeon memegang lengan lisa

"T-tunggu, jangan"

Gadis itu tersenyum melihat tangannya di pegang, dia mengangguk kemudian turun kembali duduk di samping jeon. Mereka mulai mengobrol biasa sampai lama-lama jeon mulai terbiasa.

Lambat laun hari-harinya jeon berwarna sebab selalu bersama lisa bahkan ingin makan saja inginnya di samping lisa, mereka sudah seperti pasangan kekasih akan tetapi lisa terlalu minor untuk di katakan seperti itu. Sebab usianya masih empat belas tahun. Gadis itu belum mengerti tentang cinta-cintaan.

Lisa juga selalu ada untuk jeon begitu pula sebaliknya. Mereka tertawa, menangis, bertengkar bermain bersama dan tumbuh bersama di panti. Sampai suatu hari hal yang di takuti lisa pun datang, jeon ada yang ingin mengadopsinya. Namun gadis tersebut mencoba merelakan.

Ketika malam tiba mereka bertemu di taman dekat lapangan. Jeon datang membawa boneka rajut kecil berwarna biru pemberian lisa, gadis itu sudah menunggunya di sana. Terlihat, lisa termenung sendu seperti habis menangis.

My Angel | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang