01-2

414 16 0
                                    

Alamat yang diberikan Chen Sheng adalah Warner Mansion di pinggir barat kota.

Saat ini merupakan jam sibuk pulang kerja. Dalam perjalanan ke sana, Zheng Shuyi penuh perjuangan melawan rasa sakit di perutnya saat akan transit dari kereta bawah tanah ke bus dan taksi. Setelah lebih dari satu jam perjalanan, akhirnya sampai di tujuan.

Itu bohong jika dia mengatakan bahwa dirinya tidak kesal. Sepanjang jalan, diam-diam dia mengutuk Shi Yan berkali-kali di dalam hatinya.

Tempat yang disediakan Chen Sheng untuknya adalah ruang istirahat yang berada tepat di atas ruang utama tempat perjamuan makan. Ruangan itu luas dan indah, tetapi tidak ada seorang pun di sana, hal ini menambah rasa sepinya berkali lipat.

Zheng Shuyi duduk di sofa, kakinya berayun selaras dengan detak jam di dinding. Dia mencari sesuatu yang mungkin bisa menarik perhatian untuk tetap membuatnya terjaga.

Dia sudah menunggu lama dan mulai bosan. Dia menundukkan kepala seperti ayam yang mematuk nasi dari lantai beberapa kali, hingga dia hampir tertidur juga. Tiba-tiba pintu terbuka, dan Zheng Shuyi segera duduk tegak dan melihat ke arah pintu.

Di bawah cahaya terang, seorang pria masuk.

Zheng Shuyi berusaha melihat dengan jelas, tapi akhirnya dia kecewa lagi.

Pria itu bukan Shi Yan, tapi abang iparnya, Qin Xiaoming, pemimpin terbesar kedua di perusahaan Mingyu Corp.

Sebelumnya Zheng Shuyi sudah pernah mewawancarai Qin Xiaoming beberapa kali, jadi dia sedikit kenal dengannya.

Qin Xiaoming juga melihat Zheng Shuyi saat masuk.

Awalnya, Qin Xiaoming melihat Zheng Shuyi berdiri tegak dengan mata yang berbinar-binar karena senang. Namun setelah mata mereka bertemu, suasana hatinya kembali suram. Wanita itu tampak sedikit kecewa.

Qin Xiaoming menghentikan langkahnya, menyelesaikan pembicaraannya di telepon, dan bertanya, "Mengapa kamu di sini?"

Zheng Shuyi menjawab dengan jujur, "Saya menunggu Tuan Shi. Kami ada jadwal wawancara hari ini."

Qin Xiaoming melirik dan memperhatikan wajahnya yang pucat. Tanpa berkata lebih banyak padanya, dia pergi sambil bergumam, "ini sudah larut malam."

Zheng Shuyi duduk lagi di sana selama dua jam, yang terasa sama seperti dua hari.

Di luar jendela, hujan mulai turun, dan dedaunan bergemerisik tertiup angin.

Sesekali dia bisa mendengar suara dari jamuan makan yang ada di lantai bawah. Meski hanya terdengar samar, namun acara jamuan makan itu sepertinya meriah.

Jika dibandingkan dengan situasi dirinya saat ini, Zheng Shuyi merasa sangat terpuruk.

Akhirnya dia tidak bisa melawan rasa kantuknya lagi. Saat mau menutup mata untuk tidur, ponselnya berdering.

Nada dering yang tajam bergema di ruangan yang luas membuat suasana semakin suram.

"Nona Zheng, maafkan saya, jamuan makan di sini sudah selesai. Tapi Tuan Shi masih punya beberapa hal yang harus diselesaikan, jadi..."

Sudah kuduga.

Zheng Shuyi terdiam sejenak, dan beberapa detik kemudian, dia akhirnya berkata, "Oke, saya mengerti. Terima kasih."

Lagipula Shi Yan dari awal memang tidak punya waktu untuk wawancara ini.

Saat hendak berdiri, Zheng Shuyi merasakan seluruh dunia berputar. Sambil berpegangan pada tepi sofa, dia beristirahat sejenak sebelum akhirnya masuk ke dalam lift.

Accidental Love / Only For Love (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang