21-2

242 10 0
                                    

Setelah makan siang, Zheng Shuyi tidak bisa berlama-lama di sana.

Dia mengemas semua barangnya dengan cepat, lalu pergi bersama Shi Yan.

Sopir sudah berada di depan pintu dan sedang menunggu mereka.

Shi Yan berjalan cepat menuju mobil lalu membuka pintu. Karena tidak sabaran, dia berbalik.

"Naik"

Zheng Shuyi awalnya ingin segera masuk ke dalam mobil namun setelah mendengar nada suaranya, dia berhenti.

Dia menatap Shi Yan dan meletakkan tangannya di belakang punggung dan berkata dengan suara lembut.

"Cuaca hari ini sangat bagus. Mataharinya juga sangat cerah, membuat sangat nyaman~"

"Aku tidak ingin naik mobil. Aku ingin berjalan kaki."

Zheng Shuyi perlahan melangkah maju, "Maukah jalan bersamaku~"

Hembusan angin bertiup, dan beberapa daun berjatuhan ke tanah.

Shi Yan bersandar di pintu mobil dan menoleh untuk melihat Zheng Shuyi. Setelah menatapnya lama, dia akhirnya berkata perlahan, "Zheng Shuyi, beri tahu aku apa ada cara lain untuk memuaskan keserakahmu?"

Zheng Shuyi: "..."

Mungkin karena kemenangan yang ia raih saat di meja makan itulah yang membuatnya semakin berani. Zheng Shuyi menatap Shi Yan dan menjawab, "Hei, selalu ada jalan. Kita bisa membuat puisi bersama"

Shi Yan tidak menjawab dan hanya menatapnya dengan tatapan tidak peduli.

Zheng Shuyi melanjutkan, "Seberapa jauh Kota Jiang? Shuyi tidak tahu, tapi dia tahu Shi Yan cemburu pada salju"

"..."

Daun-daun di pohon besar pun seakan tak berani gugur lagi.

Saat Zheng Shuyi selesai berpuisi, ia tiba-tiba menyadari sudah melakukan kesalahan besar.

Setelah hening lama, Shi Yan menyipitkan matanya, lalu mulai berjalan menuju Zheng Shuyi.

Sikapnya seperti hendak menelan seseorang hidup-hidup. Zheng Shuyi menjadi takut lalu mundur selangkah.

Tapi karena tidak bisa melangkah jauh, Shi Yan bisa meraih pergelangan tangannya dengan mudah.

Kemudian, Shi Yan menariknya ke arah mobil.

"Naik."

Zheng Shuyi bisa merasakan jantungnya berdetak semakin cepat. Dia tidak berani berkata apa-apa lagi, dan dengan patuh masuk ke dalam mobil.

Kemudian, pintu dibanting hingga tertutup.

Shi Yan berdiri di luar, menatapnya dengan dingin.

Melalui jendela, mata Shi Yan tampak semakin menakutkan, membuat Zheng Shuyi tanpa sadar menarik lehernya ke belakang.

Setelah beberapa saat, Shi Yan akhirnya berhenti melihat ke arah Zheng Shuyi dan mengangkat tangannya untuk mengetuk jendela depan.

Mobil itu perlahan melaju di bawah tatapannya yang menawan.

Zheng Shuyi menempelkan kepalanya ke jendela, melihat sosok Shi Yan yang perlahan menghilang.

Dia masih merasa terjebak di bawah tekanan Shi Yan.

Jika diberi kesempatan lagi, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan melakukan hal seperti itu lagi.

--

Sore itu, Zheng Shuyi sedang menulis draf di rumahnya.

Percakapan antara Guan Xiangcheng dan dirinya ada di rekaman. Meskipun mereka tidak berbicara terlalu cepat, informasinya cukup banyak. Dia segera larut dalam pekerjaannya.

Accidental Love / Only For Love (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang