04-1

245 11 0
                                    

Matahari yang bersinar dengan cahaya oranye menjulang tinggi di cakrawala, waktu berlalu terlihat di depan mata.

Semua lampu di ruangan tim editorial menyala, orang-orang tenggelam dengan suara ketikan. Masing-masing sibuk dengan laporan tenggat waktu mereka.

Saat draft kerja Zheng Shuyi hampir selesai, dia sadar dan menerima fakta bahwa 'pria yang dia ajak berbicara kemarin adalah paman pelakor itu, namun pria itu langsung menolaknya karena perkataan yang dia ucapkan di depan Warner Mansion'.

Apa pria itu pendendam?

Sudut bibir Zheng Shuyi tanpa sadar terangkat saat dia bergumam pada dirinya. Matanya melihat laptop dan tangannya bergerak di atas keyboard seolah-olah dia sedang mencari-cari inspirasi.

Dia berguman...

"Perusahaan perbankan yang mengelola kekayaan menjalankan rencana pembiayaan baru tahun depan. Asuransi akan menghancurkan tulang-tulang pria sampah itu dan menggunakannya sebagai pupuk. Penghancur rumah tangga akan menderita penyakit mental, jerawat tumbuh di wajahnya, dan menyebabkan kuku-kukunya patah satu per satu."

"Hah?" Kong Nan, yang duduk di sebelahnya, membungkuk dan menyipitkan mata, "Apa yang sedang kau ketik?"

Zheng Shuyi kembali sadar, mengedipkan mata, melihat komputernya, dan dengan santai menghapus semua kalimat yang baru saja dia ketik.

"Tidak ada."

Dia menutup laptopnya, melihat ke arah jendela, dan larut dalam pikirannya.

Setelah menyelesaikan draftnya, Zheng Shuyi tidak langsung pulang kerja. Dia lanjut menulis garis-garis besar wawancara yang akan dia tanyakan kepada Shi Yan.

Meski sedang frustasi dengan kehidupan percintaannya, ia tetap harus melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. Zheng Shuyi harus bisa menghasilkan wawancara yang spektakuler, agar atasannya Tang Yi puas dan sadar bahwa dia bisa lebih hebat dari yang sebelumnya.

Zheng Shuyi bukan pendendam, tetapi dia punya harga diri yang tinggi.

Tidak terasa sudah hari Jumat. Zheng Shuyi mengambil alat rekam dan buku catatannya lalu pergi ke kantor Bank Mingyu.

Seperti gedung perkantoran lainnya, meja resepsionis Kantor Bank Mingyu di lantai pertama mengharuskan pengunjung untuk mendaftar.

Gedung kantor itu berada di posisi yang bagus, membuat sinar matahari yang cerah masuk menyinari tiga pria dan wanita tersenyum ramah di depan meja resepsionis, menambah sedikit vitalitas gedung ini.

Penjaga keamanan melihat ke arah ID-Card yang tergantung di depan dada Zheng Shuyi dan memuji dengan santai, "Jurnalis dari kantor kalian cantik-cantik ya?"

Zheng Shuyi hanya tersenyum untuk berterima kasih atas pujiannya.

Tapi saat mengambil pena untuk menandaftarkan namanya, dia menyadari sesuatu.

Xu Yuling?

Mengapa nama Xu Yuling ada di buku registrasi?

Meski nama ini pasaran, tapi dia langsung tau siapa pemilik nama tersebut setelah melihat kata 'Wawancara' di samping namanya.

Berbicara tentang Xu Yuling, Zheng Shuyi tidak menyukainya sejak dia menjadi jurnalis, dan dalam beberapa tahun terakhir, sering terjadi insiden di mana mereka memperebutkan sumber berita yang sama.

Setelah Zheng Shuyi melihat nama Xu Yuling di buku registrasi dan melihat jam berkunjung adalah jam 10 pagi ini, dia tiba-tiba berfirasat buruk.

Zheng Shuyi segera berlari menuju lift.

Waktu terasa lama saat menunggu di dalam lift. Zheng Shuyi berdiri sambil mengepal tangannya. Dia merasa napasnya tertahan di tenggorokannya.

Setengah menit kemudian, lift tiba. Suara ding yang keras membuyarkan lamunan Zheng Shuyi dan saat mendongak dia melihat Chen Sheng sedang berjalan di koridor.

"Tn. Chen!" Zheng Shuyi buru-buru keluar dari lift dan memanggil namanya, "Saya jurnalis Zheng Shuyi dari 'Finance Weekly', saya ada jadwal wawancara pukul setengah tiga sore"

Chen Sheng sedikit ragu lalu mengernyit keningnya "Bukankah anda sedang sibuk?"

Setelah mendengarnya, Zheng Shuyi tahu apa yang terjadi.

Tentu saja, ini pasti ulah Xu Yuling.

Chen Sheng berkata lagi, "Rekan anda sudah melakukan wawancara tadi"

Pikiran Zheng Shuyi langsung kosong.

Chen Sheng melirik jam tangan dan menambahkan, "Rekan anda datang tadi pagi kebetulan Tuan Shi ada waktu luang pada saat itu."

"..."

Isi kepala Zheng Shuyi dipenuhi makian.

Apa yang harus ku lakukan?

Meskipun Shi Yan temu janji wawancara sore hari, dia tidak akan peduli jurnalis mana yang mewawancarai dirinya, apalagi bertanggung jawab atas kejadian ini.

Namun, Zheng Shuyi harus mengirimkan artikelnya. Meskipun atasannya akan sedikit menyalahkan Xu Yuling, tapi kesempatan buatnya benar-benar sudah lenyap.

Zheng Shuyi mengangguk, mengertakkan gigi, dan tersenyum kaku.

"Maaf, ini kesalahan kami, seharusnya kami harus berkomunikasi dulu dengan baik"

Chen Sheng jelas tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia merasa lebih baik tidak mencampuri urusan orang lain. Dia hanya mengangguk kembali ke Zheng Shuyi, "Maaf, karena kejadian ini akhirnya kau pulang dengan tangan kosong"

"Tidak..." jawab Zheng Shuyi, tetapi suaranya tiba-tiba terhenti ketika ingin mengatakan kata 'masalah' sambil menatap ke depan.

Pintu ruangan CEO yang berjarak sekitar 10 meter tiba-tiba terbuka, ada enam asisten serta sekretaris yang duduk di ruangan CEO lalu mereka semua berdiri. Bahkan seorang wanita muda yang terlihat sangat sibuk dan membawa tumpukan berkas di tangannya berhenti berjalan dan diam di sampingnya.

Pria itu berjalan keluar dengan tenang , tanpa suara, dan menarik perhatian semua orang.

Penampilannya memancarkan tatapan dingin dari sudut bingkai kacamatanya, membuat orang di sebelahnya merasa tidak nyaman.

Suasananya sangat hening.

Zheng Shuyi berkedip, memastikan dia tidak salah lihat orang. Pria yang muncul di hadapannya tidak lain adalah 'paman' si pelakor yang dia coba pikat beberapa hari yang lalu.

Zheng Shuyi langsung patah semangat, dia merasa seperti disambar petir.

Melihatnya berada di sini, Zheng Shuyi yakin bahwa pria ini adalah Shi Yan, pria yang menjadi bahan pembicaraannya selama setengah bulan terakhir.

Tidak heran Yue Xingzhou memutuskannya demi wanita itu, karena wanita itu punya paman seperti ini.

Kok bisa kebetulan sekali!

Mungkin ini yang disebut takdir!

Kalau saja dia tidak menolak tawaran tumpangan dari Shi Yan beberapa hari yang lalu....

Accidental Love / Only For Love (Terjemahan Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang