I Became An Extra Destroyer Of The Plot Novel

37

Mari kita berbalik ke posisi devan saat ini

"Kok bisa lu sama zia, gak usah gw perjelas lu pasti paham maksud gw" ucap daffa

"Jatuh" balas devan singkat

Daffa yang mendengar balasan devan pun seketika terdiam otaknya ngeblank

"Siapa yang jatuh? Elu atau zia?" Tanya varel yang paham dengan ucapan devan

"Dia" balas devan

"Ck, ngomong yang jelas ngapa dasar kutub" ucap daffa

"Ye dasar lu nya aja yang lemot otaknya" ucap rio

"Emang lu paham?" Tanya daffa kesal

"Ya enggak sih hehehe" balas rio

"Tawa lu" ucap daffa di iringi lirikkan sinis

"Yaudah tuh mata biasa aja, gw colok juga ntar" ucap rio

"Berisik, tiada hari tanpa berdebat" ucap varel pusing mendengar ocehan unfaedah mereka

"Terus? Butuh obat?" Tanya varel dan di balas gelengan oleh devan

"Serius? Lu udah sembuh? Kapan?" Banyak sekali pertanyaan yang di layangan oleh daffa

"Gw gak tau, tapi tadi reaksi tubuh gw berbeda" balas devan

Mereka yang baru pertama kali mendengar devan berucap panjang dan jelas pun seketika terkejut

"Woah, lu bisa ngomong panjang ternyata soalnya lu kek orang bisu yang terkadang lu antara ada dan tidak ada karena jarang ngomong" ucap rio

"Iya bener tuh, ibarat kata kek patung yang di pajang antara kita" ucap daffa

"Jadi? Lu sama jay reaksinya beda cuma sama zia?" Ucap varel

"Maybe" balas devan

"Gw perlu mastiin lagi" batin devan

"Kalo misalnya elu beneran cuma bereaksi cuma sama zia, lu mau berantem sama jay gara gara rebutan cewek?" Tanya daffa dan di balas angkatan bahu oleh devan

"Mending ngomong baek baek deh dari pada berantem, siapa tau jay ngertiin juga" ucap rio

"Iya jangan berantem dan bikin persahabat hacur cuma karena rebutan cewek" ucap varel menyetujui ucapan rio

"Nah gw ada solusi nih kalo emang lu beneran cuma bereaksi cuma sama zia, negara kita kan gak ada hukum untuk punya suami lebih atau istri lebih jadi okelah kalo lu mau berbagi dengan jayden" ucap daffa

"Si tolol, tapi bener juga ucapan dia dari pada kalian berantem mending berbagi lebih baik" ucap rio

Varel hanya bisa menghela nafas menghadapi dua sahabat priknya, tapi ia juga menyetujinya lebih baik begitu dari pada persahabatan yang udah terjalin bertahun tahun hancur cuma gara gara rebutan cewek

"Itu pun kalo dia mau punya suami dua" gumam varel

Tapi mereka bertiga memiliki pendengaran yang bagus, masih bisa mendengar gumaman varel

"Nah kalo itu ntar di pikirin, mending kita masuk kelas soalnya udah bel dari tadi cok" ucap daffa

•••••

Sesampainya mereka di depan pintu kelas yang tertutup

"Nah loh, kita telat udah ada guru di dalem" ucap daffa

"Gev, ketuk" lanjutnya sambil mendorong tubuh rio

"Ogah, lu aja sono" balanya, mereka pun saling dorong mendorong

Varel yang melihat kelakuan mereka pun hanya bisa menghela nafas lelah, lalu ia pun maju dan mengetuk pintu kelas

Karena di rasa tidak ada jawaban dari dalam kelas, ia pun masuk dan di susul oleh devan-daffa-rio di belakang tubuhnya

"Lah ternyata gak ada guru, percuma gw panik tadi" ucap daffa

"Jamkos?" Tanya rio kepada ketua kelas

"Iya guru lagi ngadain rapat" balas ketua kelas

"Emang mau ada acara apa?" Tanya rio kepo

"Entah gw juga kurang tau, kalo mau lebih jelas mending tanya ketos" balas ketua kelas

"Oke, thanks infonya" ucap rio

"Yoi" balas ketua kelas

"Tau gitu kita nongkrong di rooftop aja" ucap daffa

"Iya, disana enak ada angin lah disini mah emang udah berisik pengap lagi" ucap rio

"Heh lu lupa, ini sekolah elit ada AC noh kalo lu kepanasan tinggal idupin aja semua AC ada empat tuh" ucap daffa

"Mager gw, mau bolak balik naik tangga" laniut daffa

"Sama sih gw juga mager, yaudah lah mabar aja yok" ucap rio

"Gasss" balas daffa

Varel yang melihat dua sahabatnya asik bermain game dengan di iringi umpatan pun akhirnya bisa tenang sedikit karena tidak mendengar ocehan unfaedah mereka

"Akhirnya gw bisa baca buku dengan tenang dan damai" batin varel

Sedangkan devan ia sedang melihat melihat ke arah depan, lebih tepatnya ke arah zia yang sedang tertidur di pangkuan jayden

Ngomong-ngomong soal rafael, saat ia melihat jayden menggendong zia ia ingin sekali merebut zia dari gendong jayden tapi ia tahan karena ia tidak mau membuat keributan sampai bisa membongkar identitasnya

Tapi kalau ia sudah tidak bisa menahan mungkin ia akan membongkarnya? Dan pada saat itu zia hanya akan menjadi miliknya siapa pun yang berani menyentuh miliknya akan mati

TBC

Thank you for reading and voting my story

See you in the next story👋🏻

Sorry kalo pendek guys (⁠─⁠.⁠─⁠|⁠|⁠）

Mon maap juga nih kalo gaje di chapter ini, soalnya ide yang muncul di otak kecil gw ya begitu (⁠╥⁠﹏⁠╥)