10. Lamaran Anak Gadis

351 130 62
                                    

🌼 Lily

Kedua mataku membulat sempurna, dan keadaan mulutku juga jadi menganga.

Karena aku beneran kaget banget waktu disuruh masuk ke apartemennya Kak Adrian.

Ya ampun.

Jadi ini penampakan tempat tinggal calon imam?

Nyamannya, udah beneran pas banget kaya wajah ganteng yang Kak Adrian punya.

Bersih.

Rapi.

Wangi.

Simple dan elegan.

Yang meski terlihat sederhana penataannya, tapi harga mahal jelas nggak bisa ditutupi dari setiap jenis perabotannya.

Aduh.

Baru masuk apartemen, tapi halusinasi dan angan-angan tinggi buat cepat jadi istri udah langsung meronta-ronta.

Jadi, apa sekarang memang waktu yang tepat untuk latihan dan simulasi berumah tangga?

Aku masih sibuk sama banyaknya isi kehaluan yang ada di otakku.

Tapi suara cowok ganteng langsung berhasil buat narik semua perhatianku.

"Mau pedas nggak?"

"Apanya, Kak?"

"Makanannya."

Aku senyum makin lebar. Dan langsung berubah jadi kaya anak ayam yang seneng banget nempel sama Kak Adrian.

"Apa mau omonganku?"

Duh, pedes banget emang mulutnya.

Belum dibalas yang manis, tapi lanjutannya udah langsung kedengaran pahit.

Tetap sabar.

Tabah yang banyak.

Nggak boleh gampang emosi.

Tapi harus jelas jadi makin sayang!

Jadi walau Kak Adrian juteknya masih terus ampun-ampunan, aku tetap berani buat berhadap-hadapan. Nggak mungkin aku kabur dari calon imam masa depan.

Pepet terus dong.

Mumpung kesempatan besar sedang ditawarkan.

"Aku mau."

"Yang mana?"

"Aku suka yang hot kaya Kak Adrian. Menggairahkan!"

"Mesum!"

Aku cekikikan kaya habis kena sumber mata air pegunungan.

Soalnya, wajahku jadi basah karena cipratan air dari kak Adrian.

Kan, kalau begini, aku berasa kaya lagi diajak buat mainan air sama cowok ganteng di FTV.

Wow, halu aja terus sampai naik pelaminan. Tapi emang juteknya Kak Adrian beneran buat aku jadi selalu penasaran.

Serius.

"Kak Adrian mau masak apa aja?" aku tambah nekat nempel kaya lem yang sulit banget buat dilepaskan.

Yang bahkan, kalau bisa, aku beneran mau langsung peluk punggung lebar Kak Adrian.

Soalnya, walau cuma dari belakangnya, tapi wangi harumnya Kak Adrian beneran buat aku jadi makin kasmaran.

Tambah cinta!

"Seadanya bahan."

"Oke," aku mengangguk seolah paham dengan semua hal yang sedang Kak Adrian pikirkan. "Aku bisa makan apa aja kok."

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang