4. Dunia Bunga

389 137 55
                                    

Walau pun belum ada yang bisa tepat jawabannya, tapi gemes banget ada yang masih terus coba tebak sampai sekarang 😁😍

Jadi, biar tambah penasaran, dikasih lagi update chapter baru untuk hari ini 😍😍😍

Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah ⭐👍

Yukkk kumpul makin ramai di ceritanya Nada Dina 😍😍😍

Selamat membaca 😍😍😍

Semoga selalu suka 💕

*****

Hai. Namaku, Lily.

Jika banyak orang berpikiran bahwa nama Lily hanya sarat akan keindahan dan kecantikan, maka aku akan bilang, bahwa namaku disematkan bukan dengan harapan manis dan sederhana yang seperti itu.

Sebab kata Mama, Papa memberikan nama Lily bukan semata-mata karena mengikuti panggilan indah Mama sejak lahir yaitu Mawar. Tapi Lily, bagi Papa, adalah simbol kemauan dan keinginan yang kuat, tapi dengan tampilan yang anggun dan sifat penuh kelembutan.

Entahlah.

Ingin protes, juga buat apa. Tak kuasa. Dan seperti tak sanggup untuk melakukannya. Karena setiap nama dari orangtua, harapannya, ya, pasti bisa jadi berbeda-beda. Tak mungkin bisa selalu sama. Yang kesemuanya, pasti disesuaikan dengan persepsi masing-masing orangtua.

Tapi satu hal yang bisa kuambil dari pengalamanku sendiri, bahwa harapan dalam setiap nama, kadang kala, jadi seperti terpatri dengan begitu lekat. Seperti tuntutan dan impian yang ingin sekali diwujudkan. Yang tanpa sadar, jadi seperti dibiasakan, sampai membuatku ragu sendiri apakah yang kulakukan memang apa adanya, atau hanya karena ingin dianggap sudah bisa.

Nama Lily, membuatku jadi ingin banyak sekali tersenyum. Senang bertemu dengan banyak orang. Dan gemar sekali bercerita dengan berbagai macam topik obrolan.

Aku tak suka kesepian.

Dan aku sedikit benci jika harus ditinggalkan.

Karena siapa juga yang mau sendiri, pasti nggak ada, kan?

Pemberian nama Lily dari Papa, juga seperti asal mula bagaimana aku jadi sering sekali menahan diri dengan semua gundah yang kupunya.

Entah sedang sedih atau bahagia, aku selalu mau terlihat baik-baik saja. Seperti dipaksa untuk tak boleh menunjukan luka atau duka. Dilarang sekali sendu penuh nestapa. Karena yang ditunjukan di permukaannya, ya, bagian cerahnya saja. Mendung dan bagian air mata, disembunyikan rapat-rapat sampai semua orang kira bahwa hidupku penuh cahaya. Tak pernah terluka, juga dianggap selalu punya segalanya. Padahal kenyataannya, banyak sekali waktu di mana aku menahan perih sampai lukanya tertimbun dan berulang rasa sakitnya.

Aku sulit mengungkapkan rasa, walau aku banyak bicara.

Senang memulai cerita. Walau sebenarnya, aku telah lebih banyak memendam pendapat karena asumsiku selalu dianggap tak berarti apa-apa.

Baiklah.

Lupakan sejenak tentang nama dan semua harapan dari Lily yang disematkan oleh Papa.

Karena saat ini, yang sedang kulalui, adalah waktu perpisahan yang membuat senyumku jadi terus terkembang dan tak mau berhenti.

"Makasih udah mau ikut nganterin aku, Kakak Ganteng."

Aku sungguhan memasang senyum teramat sumringah menatapi laki-laki super tampan yang ada di hadapanku sekarang.

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang