🌼 Lily
Hari libur, harusnya, dipakai untuk bersenang-senang.
Tapi aku malah jadi pengin nangis gara-gara terus kepikiran.
Sama siapa?
Ya jelas sama Kak Adrian.
Memang cowok jutek mana lagi yang bisa bikin hatiku patah, kalau bukan dia?
Sebel banget.
Udah tahu ditolak, bukannya mundur teratur, otakku malah nyuruh buat maju terus.
Patah hatiku udah kaya terjadi berulang kali gara-gara Kak Adrian. Tapi bukannya lupa, aku malah jadi makin sayang.
Emang goblok banget.
Kenapa si, waktu udah jatuh cinta, aku malah jadi dungu?
Apalagi kalau ingat lagi gimana sesaknya aku waktu tahu, cuma aku yang nggak boleh panggil nama khusus punya Kak Adrian.
Dria.
"Dria, buat Dira."
Aku nggak mungkin lupa, kalau dulu, waktu pertama kali ketemu di Australia, Kak Adrian ngomong tegas banget kaya gitu sama aku.
Buat Dira.
Dria punya Dira.
Yang ternyata, masih tetap sama.
Nggak ada yang berubah.
Aku nggak mungkin bisa menggantikan gedenya tempat Mba Dira di hati Kak Adrian.
Ngenes banget.
Serius, jujur, nggak pakai bohong, aku beneran nggak bisa benci sama Mba Dira. Karena Mba Dira baik banget. Hatinya tulus. Jadi gimana aku bisa nggak suka sama definisi wanita sholihah dan golongan hampir pintar apa aja kaya Mba Dira?
Tapi ya, kalau ditanya cemburu atau nggak, jawabannya, jelas masih.
Aku masih sering iri, dan berharap kalau aku yang jadi Mba Dira di hatinya Kak Adrian.
Biar aku nggak terus ditolak.
Dan supaya rasa sayangku nggak selalu dianggap bahan bercandaan.
Duh, beneran, deh. Kenapa si, cuma gara-gara panggilan, aku bisa segalau ini?
Kenapa harus ada panggilan Dria?
Mba Dira, jelas selalu diperbolehkan untuk panggil Kak Dria. Karena sepertinya, itu memang jadi panggilan yang sangat istimewa.
Kak Alan, juga jelas pasti dapat izin serupa yang kedengarannya sangat menyenangkan.
Bahkan, begitu juga untuk Jihan.
Informasi paling baru yang berhasil banget buat aku jadi uring-uringan.
Jihan boleh panggil Kak Dria.
Tapi kenapa aku nggak bisa?
Aku nggak marah sama Jihan. Jelas nggak bisa benci juga. Karena Jihan juga udah kaya saudara kandung sendiri buatku, seperti posisi Cia sebagai sahabat dekatku.
Tapi sekarang, aku beneran kaya lagi pengin marah sama diriku sendiri.
Karena kenapa udah sadar betul kalau Kak Adrian galaknya nggak ketulungan, tapi move on yang kubilang belum bisa jadi kenyataan?
Gagal terus.
Yang tiap lihat Kak Adrian, bukannya jadi benci. Tapi malah pengin cepat jadi istri.
Halunya udah keterlaluan banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Negara
ChickLit* Disarankan untuk membaca "Rasa Punya Nadira" dan "Nadira Beserta Bahagia Miliknya" terlebih dahulu supaya bisa lebih runtut ceritanya 😊 ***** Tipe istri idaman seorang Adrian adalah seorang gadis yang begitu taat pada agamanya, serta sangat bisa...
