26. Menghalau Risau

278 76 205
                                    

🌼 Lily

"Ngapain masih di sini? Romantis banget pakai nungguin bestie."

Aku terdiam.

Bukan mengelak pelukan dari Cia. Tak juga ada niat ingin kembali berdebat dengan sahabatku tercinta.

Karena kini aku jadi lelah jiwa dan raga.

"Ly. Udah kupuji, kok, malah jadi kaya orang bego begitu? Pura-pura tuli? Apa sok nggak mau ngomong? Masih mau marah sama aku? Iya? Maafin aku, dong. Please. Janji nggak bakal usil lagi. Tapi kamu juga jangan ambil cuti sendirian, harus bareng sama aku. Oke? Ingat, Ly. Anak cantik nggak boleh gampang ngambek. Tahu nggak?"

Aku memang jadi tak ingin bicara. Mau pergi saja.

Yang jauh. Supaya patah hatiku bisa lekas sembuh.

"Lily!"

Seruan Cia seperti memaksa bilah bibirku untuk berucap.

"Kak Adrian."

"Hah?"

Bukan hanya aku yang sedang dungu.

Tapi Cia juga.

"Kak Adrian."

Kuulang menyebutkan nama yang sama. Dan ternyata, gundah gulana semakin melanda.

Patah hatiku bertambah besar.

Dan aku makin takut tak bisa mengobati semua sakit yang sedang kurasakan sekarang.

Karena ini benar-benar nyeri sekali.

"Nggak nyambung! Mentang-mentang belum bisa move on, jangan kebanyakan halu, Ly. Bangun! Waktunya kerja!"

"Itu, Kak Adrian."

"Kamu udah dandan rapi, Ly. Udah cantik banget. Rambutmu bagus. Make up kamu hari ini super flawless. Outfit kamu jelas selalu kece. Jadi, jangan kaya orang lagi ngelantur."

"Itu, beneran Kak Adrian."

Aku hampir menangis.

Bukan karena Cia yang tak kunjung paham dengan maksudku. Tapi karena jantungku yang semakin berdenyut menyakitiku.

"Nyata. Beneran Kak Adrian."

Meremat bagian dadaku, Cia langsung kalang kabut memelukku.

"Kamu kenapa, Ly? Kenapa jadi mewek begini?"

"Aku lagi nggak mimpi. Itu, beneran Kak Adrian, Cia."

"SERIUS?"

Cia kembali berseru. Bahkan kini seperti dekat sekali di telingaku.

"MANA?!"

Aku seperti kehabisan daya, sampai tak sanggup lagi untuk banyak bicara.

Jadi kini aku hanya mengangkat jari telunjukku, lalu tak berani berharap banyak kalau Cia akan langsung bisa paham dengan siapa pria teramat tampan yang selalu berhasil jadi jatuh cinta terlampau indah sekaligus patah hati yang berulang kali memancing tangisanku.

"ITU BENERAN YANG NAMANYA KAK ADRIAN?!"

Aku mengangguk kaku. Senada dengan degup jantungku yang sungguhan semakin sakit untukku.

Patah hatiku masih ada.

Belum hilang.

Dan cemburuku juga masih terus bertahan.

"KOK, GANTENG BANGET?!"

Tampannya Kak Adrian memang jelas tak bisa disangkal.

"Kak Adrian pegawai dirjen pajak, Ly? Staf kementrian keuangan? Wah, dompetnya tebel banget, dong."

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang