13. Berbicara Tentang Hati

275 126 27
                                    

Part super panjang untuk obat malarindu 😊

*****

🌼 Lily

From : Bule Campuran

Nggak kangen sama aku?

Pikiranku seperti belum terkumpul saat kembali mengulang membaca pesan yang baru saja kuterima.

Kangen, ya?

Kalau ditanya kangen, sekarang, aku memang sedang mengalaminya. Sangat. Banyak banget rasa kangennya.

Dan kalau ditanya lagi kangennya buat siapa, jawabannya, ya, pasti buat Kak Adrian orangnya.

Bukan untuk seseorang yang pesannya sedang kubalas sekarang.

To : Bule Campuran

Jangan memutar balikan fakta, Eksan

Ya. Eksan namanya.

Pria seusiaku dengan perawakan tinggi dan besar, dengan bola mata sedikit kebiruan, karena Eksan putra keturunan Indonesia - Belanda.

Itu makanya, kusematkan kontak ponsel 'Bule Campuran' untuk namanya.

Karena super cocok.

Eksan. Tepatnya, bernama lengkap Alexander Abraham.

Si baik dan murah senyum yang entah kenapa selama beberapa tahun ini selalu bisa berkutat di sekitarku dengan semua sikap tulusnya.

Bentuk ketulusan yang begitu sarat akan harapan, yang sering sekali membuatku jadi ingin menghilang berulang kali supaya perasaanku tak jadi merasa bersalah berkepanjangan.

From : Bule Campuran

Ya

Memang aku yang selalu kangen sama kamu

Jadi, ayo, ketemu :)

Emoticon senyumnya memang hanya lewat tulisan. Tapi entah kenapa, gambaran senyum cerah milik Eksan sudah bisa langsung terbayang.

Senyum begitu lebar, yang sampai saat ini masih belum bisa kubalas dengan kesenangan yang sama besar.

Masih timpang sekali balasannya.

Dan aku yang ukuran perasaannya hanya secuil, jika dibandingkan dengan semua rentetan perhatian dan perjuangan yang telah Eksan lakukan.

To : Bule Campuran

Jangan bercanda

Rasanya, balasan pesanku baru saja terkirim. Belum lama. Tapi nama Eksan sudah langsung muncul di layar ponselku karena melakukan sebuah panggilan.

Ya ampun.

Kalau berhubungan dengan Eksan, anehnya, mulutku jadi serasa sulit sekali untuk terbuka. Tiba-tiba sekali jadi bisa berubah malas untuk berbicara.

Bukan kesal.

Hanya saja, aku sungguhan jadi selalu takut akan bisa menyakiti perasaan lembut yang Eksan punya.

Jadi yang kulakukan sekarang, hanya diam, meski panggilan telepon dari Eksan memang sudah kuterima.

"Udah diangkat, kok, nggak langsung kasih salam?"

Suara Eksan sudah terdengar sesenang ini.

Dan hatiku jadi serasa langsung tercubit memikirkan harus bagaimana caranya menolak supaya Eksan tak memberikan perasaan bersalah lagi?

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang