15. Modus Halus

269 123 33
                                    

🍂 Dria

Kepalaku pening dan tanganku terasa berat. Bahkan hampir kebas.

Jadi perlahan membuka mataku, aku justru langsung bangkit terduduk saat sudah sadar bahwa ada seorang perempuan yang kini sedang menggenggam erat telapak tanganku.

"Astaghfirullah."

Aku jelas langsung mengusap dadaku. Khawatir luar biasa, takut sekali jika aku sudah melakukan pelanggaran yang bisa jadi dosa besar untukku.

Berpegangan tangan dengan seorang perempuan yang belum jadi halal bagiku.

Tapi dengan siapa?

Meneliti dengan seksama keberadaan seorang perempuan yang saat ini sedang tertidur pulas di dekat sofa apartemenku, emosiku hampir saja meluap ketika sadar bahwa ternyata si bocah rusuh yang lagi-lagi masuk seenaknya di area kehidupanku.

Ya ampun.

Apa lagi yang dilakukan oleh Lily?

Melepas paksa genggaman erat yang dilakukan oleh si bocah ingusan, aku langsung berdiri sambil mengibaskan semua pakaianku seakan aku tak mau dihinggapi kuman.

Karena serius demi apa pun, kalau diminta jujur, setiap kali berhadapan dengan Lily, aku sungguhan jadi seperti selalu sebal dan ingin melayangkan tinjuan.

Karena Lily benar-benar gambaran sumber keributan yang membuatku jadi berulang kali menahan sabar.

Tapi saat aku belum sempat melangkahkan kaki, aku justru jadi terpaku melihat kekacauan yang ada di sekitarku saat ini.

Baskom berisi air.

Coat panjang yang kuingat telah kupakai semalam.

Kaos kaki bertebaran.

Handuk kecil basah yang tergeletak mengenaskan di lantai.

Juga, termometer yang membuatku bingung kenapa bisa ada?

Lalu mengalihkan pandangan pada bocah bawel yang masih terus tertidur lelap dalam mimpi indahnya, pandanganku jadi bergetar saat melihat satu tangannya sampai keriput karena bertahan menggenggam handuk dan beberapa kotak obat di sana.

Astaga.

Apa sebenarnya yang telah terjadi?

Kenapa aku tak bisa mengingat apa pun setelah aku pulang tadi malam?

Apa aku melewatkan sesuatu?

Belum selesai dengan semua isi pikiranku, keterkejutanku diuji dengan bunyi dering ponsel super nyaring yang memekakkan telingaku.

Alarm pagi.

Dan asalnya, jelas dari ponsel si bocah rusuh yang bahkan tak terganggu sama sekali dan terus lelap dalam tidurnya.

Dasar jelmaan batu.

Suara alarm yang Lily setting benar-benar sudah keras sekali.

Berisik.

Tapi kenapa pemiliknya malah tak bangun?

Astaga.

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang