31. Mulai Mencari

220 63 117
                                    

🍂 Dria

Hari ini, cuaca Jakarta sedang begitu cerah karena matahari bersinar terik sekali.

Tapi berbanding terbalik keadaannya dengan hatiku.

Dalamnya hatiku seperti mendung yang selalu bergelayut.

Suram.

Yang rasanya perasaan sendu tak kunjung mau hilang.

Kapan hariku bisa jadi ceria lagi?

Sungguhan rindu masa-masa aku bisa menikmati hari tanpa perlu dirisaukan dengan hal rumit dan pilu seperti sekarang ini.

"Kak Dria."

Sebuah panggilan lembut menarik atensiku dari deretan pesawat yang sedang menunggu giliran terbang.

"Iya, Dira."

Seorang wanita berhati lembut yang sedang menggendong putri kecil begitu cantik menatapku dengan tatapan teduhnya.

Bentuk ketulusan yang dulu sempat begitu lama kudambakan bisa jadi seorang istri. Tapi kini benar-benar sudah kurelakan dan berubah jadi seorang adik perempuan yang sangat kukasihi.

"Kak Dria kenapa? Ada masalah?"

Sepertinya, bagi Nadira yang hatinya bisa begitu peka, ekspresi wajahku memang tak akan mungkin sanggup untuk menyembunyikan duka yang sedang kupunya.

Langsung tergambar dengan sangat jelas.

Karena senyum bahagiaku memang sedang jadi tersendat.

"Udah ketemu sama Lily?"

Sebuah nama yang langsung berhasil membuat jantungku jadi berdebar.

Juga memancingku jadi tertunduk pilu karena kecemasan yang semakin besar.

"Sudah."

"Kapan?"

"Waktu syukuran rumah."

Waktu itu, sudah 5 hari berlalu. Jadi hampir seminggu aku dan Lily tak bisa bertemu. Dan sampai sekarang masih terus Lily yang memenuhi semua isi pikiran dan hatiku.

"Kalau sekarang?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Karena Lily pergi. Dan belum bisa ditemui."

"Salah paham lagi, ya?"

Ya. Salah paham berkelanjutan yang belum bisa kutahu di mana sebenarnya muaranya.

Karena setiap aku ingin berbicara dan menjelaskan semuanya, menguraikan perdebatan di antara kami berdua, Lily selalu sudah langsung mencegah dengan tangisannya.

Aku bisa melihat dengan sangat jelas bahwa tatapan bergetar Lily karena kecewa denganku. Tapi aku sungguhan belum bisa tahu di mana letak kekeliruanku.

Semuanya masih samar.

Selalu tampak abu-abu.

Karena Lily terus berusaha menghilang.

Lari dari jangkauanku. Dan membuatku selalu bertanya di mana sebenarnya bentuk kesalahanku.

"Kak."

"Iya, Dira."

"Informasi penting, waktu syukuran rumah baru Kak Dria, itu juga hari ulang tahunnya Lily."

Sial!

Aku sungguhan langsung mengumpat di dalam hati.

Karena kenapa cerobohku bisa terulang kembali?

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang