🍂 Dria
Kepalaku pening.
Dan hampir saja meluapkan emosi, karena golongan bocah ingusan yang sibuk mengikutiku sejak tadi.
Aku sungguhan tak pernah suka dengan keributan.
Sedikit malas jika harus berkutat di tengah keramaian.
Bisa kesal luar biasa dengan segala bentuk yang merepotkan.
Tapi kenapa sekarang aku harus berurusan dengan jenis perempuan mini yang suka sekali mengeluarkan suara bising dan memusingkan?
Berisik banget.
Serius.
"Kakak, ini, jalan yang lagi dilewati, namanya daerah apa?"
"Wah, bangunan-bangunan di sini beneran mirip banget kaya gambar yang ada di google ya, Kak."
"Kak Adrian, di Australia, udah berapa lama?"
"Di Australia, Kak Adrian sibuk lanjut kuliah aja? Atau sama kerja juga?"
"Memangnya, di Australia, mataharinya selalu cerah banget kaya gini, ya, Kak? Kalau malam, gelap, apa terang?"
Aku benar-benar ingin sekali langsung mengerang.
"Bodoh."
Dan itu satu kata yang lekas kulontarkan.
Karena umur berapa gadis berkucir satu ini, sampai kondisi matahari juga harus dijelaskan dengan rinci?
Kalau siang, ya, jelas akan kelihatan terang.
Ketika malam tiba, pasti gelap.
Terus, kenapa masih tanya?
Apa di sekolah tak pernah belajar IPA?
Kesal sekali.
"Hah? Apa, Kak?"
Dan jenis pertanyaan kolot seperti ini benar-benar hal ceroboh yang tak pernah kusukai.
Karena salah satu tanda, bahwa dia tak pernah berhati-hati dengan sekelilingnya.
Kaya bocah.
"Bisa diam nggak?"
Aku mulai tak bisa menahan rasa sebal.
"Mulutmu, cerewet."
Dan saat ini aku sudah langsung membuka perasaan tidak sukaku dengan terang-terangan.
Biarkan.
Supaya bocah ingusan ini bisa segera sadar.
"Diam?"
"Ya," aku langsung mengangguk dengan sangat yakin. "Biar kupingku nggak sakit. Dan aku juga nggak mau kalau kepalaku jadi terus kerasa pusing."
"Diam, bisa si. Tapi, aku belum mau."
Lihat.
Bukannya takut dan menurut dengan titah yang kuberikan, bocah ingusan di hadapanku malah berani sekali cengengesan.
Senyum lebar sekali seakan dirinya tak pernah melakukan kesalahan.
Apa sekarang ini aku sedang bertemu tatap dengan gadis jelmaan anak TK?
Badan besar, tapi otaknya hanya mau senang-senang?
Kenapa aku jadi seperti sedang menemani keponakanku yang ingin pergi karyawisata?
Merepotkan!
"Terserah."
Aku mulai jengah.
Sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Negara
ChickLit* Disarankan untuk membaca "Rasa Punya Nadira" dan "Nadira Beserta Bahagia Miliknya" terlebih dahulu supaya bisa lebih runtut ceritanya 😊 ***** Tipe istri idaman seorang Adrian adalah seorang gadis yang begitu taat pada agamanya, serta sangat bisa...