16. Pertunjukan Pendekatan

283 121 34
                                        

🌼 Lily

Ternyata, jatuh cinta memang bisa membuat segalanya jadi terasa lebih bercahaya, ya.

Semuanya nampak berkilau.

Bertambah indah.

Makin bersinar.

Bagai yang dicinta adalah sumber dari segala macam bentuk kebahagiaan.

Seperti aku sekarang, yang walau hanya melihat Kak Adrian sedang diam juga tetap membuatku merasa sangat senang.

"Kak Adrian lagi nulis apa?"

Tak ada jawaban yang kudengar.

Tapi aku tetap riang sekali kembali mengutarakan pujian.

"Tulisan Kakak bagus."

Aku benar-benar sedang sangat bahagia. Tapi ekspresi wajah Kak Adrian tetap datar-datar saja.

Dasar.

Memang si jutek.

Tapi super ganteng!

"Tanda tangan Kak Adrian juga keren. Makin mantap, kalau Kak Adrian mau tanda tangan buku nikah sama aku."

"Nggak boleh cerewet."

Kalimat pedas dan peringatan telak Kak Adrian sudah terdengar, dan aku malah jadi cengengesan.

Sebab gemas sendiri saat sikap Kak Adrian yang ingin membuatku diam dengan cara menutupkan lembaran buku yang telah terbuka tepat di depan wajahku.

Ya ampun.

Gini aja bisa buat jantungku jadi deg-degan.

Gawat banget memang.

Baru saja ingin kembali menggoda waktu belajar Kak Adrian, tapi suara-suara rusuh berhasil menarik perhatianku jadi teralihkan.

"Eh, itu, siapa yang sama Kak Adrian?"

Mataku langsung memicing waspada. Mencari tahu dengan teliti siapa perempuan yang berani sekali menarik serta nama laki-laki berkualitas yang mau kubawa pulang untuk jadi calon menantu Papa.

Dan saat sudah berhasil menemukannya, pandangan mataku langsung berubah jadi tajam karena mau memberikan tanda peringatan yang kentara.

Karena tak mungkin kubiarkan ada perempuan lain yang bisa mendekati Kak Adrian.

Tidak akan.

Tak ada di dalam kamus hidupku, kalau Lily akan rela berbagi posisi tentang seseorang yang sudah sangat disayang.

Pelanggaran.

"Adiknya kali."

Aku mendengus sebal.

Memangnya aku anak-anak?

Karena kalau sama Kak Adrian, aku jelas bukan adik kecil. Tapi lebih cocok jadi istri.

Titik.

Nggak boleh protes.

"Kamu lupa? Kan, Kak Adrian anak bungsu. Jadi nggak mungkin kalau Kak Adrian punya adik."

"Kalau gitu, berarti, cewek itu keponakannya Kak Adrian. Iya, kan?"

Makin ngawur.

Tapi, bangga juga. Karena berarti, semua skincare yang kugunakan berhasil membuat wajahku jadi nampak awet muda.

Stop.

Bukan waktunya untuk membanggakan diri.

Karena sekarang, aku jelas harus lebih waspada dengan deretan perempuan-perempuan bergaya glamor dan estetik yang jelas sekali sedang mengincar Kak Adrian.

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang