🍂 Dria
Kemacetan Jakarta sungguhan membuatku jadi kesal.
Jika biasanya aku seolah terbiasa, maka malam ini aku benar-benar tak bisa.
Rutinitas berdesak-desakan di jalan raya ini membuat kepalaku jadi begitu pening.
Aku sedang cemas. Tenaga serta isi pikiranku seolah terkuras.
Sehingga emosiku juga jadi mudah tersulut.
Jadi melihat deretan mobil-mobil yang tak kunjung bisa bergerak, rasanya amarahku jadi memuncak.
Aku ingin marah.
Ingin rasanya berteriak kencang, supaya semua bentuk kerusuhan ini bisa segera hilang.
"Cepetan jalan. Sialan!"
Aku mengumpat.
Hal sembrono yang biasanya bisa kutahan, akhirnya kini keluar dengan begitu lancar sebagai pelampiasan kekesalan.
Tanganku mengepal.
Dan dengan begitu sengit ikut menekan klakson mobil sampai berulang kali, sama seperti kelakuan orang-orang tak sabar yang sejak tadi sudah membuat bising di sana-sini.
Kapan semua kekacauan ini bisa terurai?
Astaga.
Aku sungguhan harus segera menemukan Lily.
Jadi kumohon semua hal melelahkan ini bisa lekas kulalui.
*****
Hari sudah menggelap.
Matahari jelas sudah beristirahat.
Tapi ibu kota seperti tak pernah lelah.
Masih terus berdentum menyuarakan kehidupan malam yang memiliki banyak sekali bisikan dan godaan yang katanya untuk mengikis penat.
Gedung tinggi dengan penerangan minim yang penuh dentuman musik keras.
Juga tempat penuh kesenangan yang tak pernah aku duga akan didatangi dengan perasaan gundah.
Kenapa Lily harus datang ke tempat seperti ini?
Meski pikiranku seolah terus berkelana. Berulang kali melayangkan protes dan tanda tanya yang belum bisa mendapatkan jawaban pastinya. Tapi kini mobil hitamku sudah terparkir sempurna, pada kawasan hingar-bingar tempat hiburan malam yang kupastikan akan aku datangi sekali ini saja.
Yang kalau bukan karena Lily jadi tujuan utamaku, jelas tempat ini tak akan mungkin kudatangi dengan kendaraan pribadiku.
Ya Allah.
Lindungi aku.
Juga jaga selalu gadis belia yang selama beberapa waktu ini telah sangat berhasil menguji semua bentuk adrenalin kepunyaanku.
Yang tanpa mau repot mengambil banyak pasokan napas setelah melalui banyak sekali halang-rintang di jalanan, gerakanku saat ini malah sudah langsung cepat sekali melesat karena aku sudah tak bisa lagi menahan semua bentuk kekhawatiran.
Lily belum kutemukan.
Jadi semua rasa lelah yang sedang menimpa seluruh sendi di tubuhku harus bisa kuabaikan.
Aku bisa istirahat nanti.
Begitu pikirku.
Karena yang terpenting saat ini, adalah aku harus bisa segera menemukan keberadaan Lily.
"Ly, kamu di mana?"
Mataku mengitar ke segala penjuru.
Menyipit dengan alis menukik karena sedang berusaha menajamkan pandangan, di tengah tempat gelap dikelilingi musik keras yang menurutku sangat menyakitkan pendengaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Negara
ChickLit* Disarankan untuk membaca "Rasa Punya Nadira" dan "Nadira Beserta Bahagia Miliknya" terlebih dahulu supaya bisa lebih runtut ceritanya 😊 ***** Tipe istri idaman seorang Adrian adalah seorang gadis yang begitu taat pada agamanya, serta sangat bisa...