🌼 Lily
Hampir saja diriku jatuh tersungkur dari mobil saat aku melihat raut penuh kekhawatiran yang sedang ditunjukan oleh Kak Mela.
Jelas makin takut apabila ada keributan besar yang telah ditimbulkan oleh amarah Papa.
Benar-benar makin gugup dan begitu cemas karena aku tak mau kalau Kak Adrian sampai terluka.
"Kak."
Baru sepatah kata yang aku ucapkan. Tapi kedua tangan Kak Mela sudah langsung merengkuh diriku supaya lekas melanjutkan perjalanan.
Seakan Kak Mela benar-benar sedang sangat gugup tentang adanya keributan yang begitu besar.
"Astaga. Kenapa kamu lama banget si, Dek? Kakak udah deg-degan banget dari tadi."
"Maaf."
Hanya penyesalan yang bisa aku sampaikan. Karena hatiku juga sedang dirundung gelisah begitu besar karena mencemaskan keadaan Kak Adrian.
"Udah. Ayo, cepetan, lihat Papa sama Adrian. Kakak nggak mau sampai ada baku hantam di rumah."
Dalam setiap langkah yang sedang kujalani saat ini, aku benar-benar terus berdoa di dalam hati, bahwa semoga jangan sampai ada yang saling menyakiti. Apalagi di antara orang-orang terkasih yang sangat aku cintai.
Aku mohon.
*****
"Siapa Anda?"
Mendengar tegasnya suara Papa, aku lekas menghentikan langkah kakiku bersama Kak Mela.
"Berani sekali berulang kali berusaha menemui saya."
Secepat kilat lekas bergerak untuk bersembunyi, karena kini suara Papa benar-benar kentara sekali sedang sangat mengintimidasi.
"Di Rumah Sakit."
"Ruang seminar."
"Bahkan sampai berani menyusul hingga ke Jogja."
Yang tadinya kalang kabut dengan keringat dingin di pelipis dan telapak tangan, kini aku langsung mencari keberadaan Kak Adrian.
Dan memang benar.
Kak Adrian yang kini sedang duduk tegap berhadapan dengan Papa, di ruang keluarga.
Jadi apa maksudnya kalau Kak Adrian sudah berulang kali menemui Papa?
Apa aku tak salah dengar?
"Apa urusan Anda sebenarnya?"
Satu tanganku diremas oleh Kak Mela. Di balik tembok persembunyian karena aku dan Kak Mela jelas tak mau kalau keberadaan kami berdua akan langsung diketahui oleh Papa.
Jangan dulu.
Karena bisa sangat berbahaya untuk Kak Adrian.
"Karena saya amati, Anda jelas dalam kondisi yang sangat sehat. Jadi sudah bisa langsung dipastikan, kalau Anda bukan pasien saya."
Aku makin cemas memikirkan kondisi Kak Adrian.
Karena didengar dari suaranya saja, Papa benar-benar sedang sangat menyeramkan dengan semua rentetan tudingannya. Apalagi ekspresinya.
Dan kenapa suara Kak Adrian belum kunjung terdengar?
Ini baru obrolan pembukaan, atau sudah ada banyak perdebatan yang ternyata sejak tadi telah kulewatkan?
"Dikatakan mahasiswa, juga pasti bukan. Karena siapa siswa yang langsung berani menawarkan diri jadi media praktik untuk Dosen pengajarnya?"
Topik pembicaraan apa ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dua Negara
Chick-Lit* Disarankan untuk membaca "Rasa Punya Nadira" dan "Nadira Beserta Bahagia Miliknya" terlebih dahulu supaya bisa lebih runtut ceritanya 😊 ***** Tipe istri idaman seorang Adrian adalah seorang gadis yang begitu taat pada agamanya, serta sangat bisa...