19. Masa Remaja = Cinta Istimewa

275 102 96
                                    

🌼 Lily

Langkah kakiku sudah langsung riang sekali, karena aku terlampau bersemangat ingin segera berbagi suka cita bersama sosok pria dewasa yang saat ini sangat kucintai.

Yang biasanya, aku memang selalu suka keramaian. Tak pernah masalah dengan sorak-sorai atau jejeritan. Tapi saat ini, hiruk-pikuk yang sedang tercipta di sekitarku sungguhan jadi sebuah kebahagiaan begitu besar, yang di waktu sama juga terasa sangat mengharukan.

Hari kelulusan Kak Adrian.

Dan aku benar-benar menepati janjiku sendiri untuk datang.

Kembali memandangi penampilanku saat ini, aku jadi terkikik geli, karena merasa bahwa diriku sungguhan kentara sekali seperti seorang gadis yang sedang sangat jatuh hati.

Bersiap dari pagi. Lalu berdandan dengan begitu rapi.

Ah, Kak Adrian. Andai dia tahu bahwa karenanya aku jadi begitu memperhatikan penampilan, apa hati Kak Adrian akan tersentuh untuk lekas memberikan penerimaan?

Kugelengkan kepalaku untuk menyadarkan diriku, lalu segera menarik panjang napasku. Mulai meneguhkan diri supaya aku tak semakin larut dengan bayangan indah dalam kepalaku.

"Duh, kalau udah ingat Kak Adrian, bawaannya jadi pengin halu terus."

Setelah memuaskan diri dengan semua tingkah jenaka, akhirnya aku melanjutkan langkah kakiku setelah berhasil mengetahui di mana Kak Adrian sedang berada.

Dan seperti biasa, walau sedang berada di tengah keramaian, tapi bagiku, adanya Kak Adrian akan tetap selalu jadi yang paling rupawan. Laki-laki teramat tampan yang hari ini nampak gagah sekali dengan stelan jas yang begitu memikat pandangan.

"Ganteng banget calon suami."

Aku terus melontarkan pujian, meski saat ini aku belum berani mendekati Kak Adrian.

Karena aku sadar diri untuk tak langsung masuk ke dalam waktu intim di mana Kak Adrian sedang bercengkerama dengan semua anggota keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya.

Yang mendapati pemandangan manis ini, aku jadi semakin sadar, bahwa dulu, ketika awal aku bertemu dengan Kak Adrian, aku sempat salah melontarkan cerita sedih tentang kehidupanku.

"Padahal, aku juga anak yatim."

Karena ternyata, Kak Adrian benar-benar telah kehilangan Papanya.

Sebab sekarang, dari semua anggota keluarga yang sedang berkumpul, aku sungguhan tak melihat keberadaan laki-laki paruh baya yang mirip Kak Adrian.

Hanya ada Mama, Kakak Perempuan, Kakak Ipar, lalu keponakan cantik yang parasnya percampuran antara Indonesia dan Australia.

Jadi memang benar kalau Papanya Kak Adrian telah tiada.

Duh, jadi menyesal karena dulu pernah nantang adu nasib kehilangan orangtua. Karena nyatanya, aku dan Kak Adrian sama-sama punya duka masing-masing tentang kepergian orang terkasih dalam hidup kami berdua.

Memang ya, kesan pertama, sungguhan jadi sulit sekali untuk dilupa.

Berhenti meratapi nasib atas kesalahanku dalam berucap, kini hatiku jadi terasa begitu hangat, karena menatapi dekatnya interaksi antara Kak Adrian dan semua anggota keluarganya.

Kak Adrian yang memeluk dan mencium kening Mamanya. Lalu Mama Kak Adrian yang begitu lembut mengusap bahu dan dada bidang putra bungsunya.

Manis sekali.

Pemandangan begitu hangat yang membuatku jadi sangat merindukan Mama.

Andai Mama masih ada, aku juga pasti akan memberikan pelukan paling erat untuknya. Mencium wangi harum Mama sepuasnya, dan tak akan pernah melepaskannya.

Cinta Dua NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang