بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Tidak semua pria tergiur dengan aurat wanita yang dipamerkan secara cuma-cuma."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinBIASANYA pihak perempuan lebih sibuk dalam mempersiapkan pernikahan. Tapi, kali ini cukup lain. Justru pihak mempelai laki-lakilah yang terlihat sangat antusias. Dari mulai pemilihan gedung untuk acara, wedding organizer, catering, sampai perintilan lainnya benar-benar disiapkan dengan begitu matang.
Hamzah memijat pelipisnya saat Anggi menunjukkan nota pembayaran yang harus dia bayar. Nominalnya sangatlah besar, hampir menyentuh angka seratus juta. Bisa dibuat gila dia, kalau mengikuti semua permintaan ibunya.
"Sebetulnya yang ingin menikah itu Mama atau Hamzah?" Pertanyaan itu dia layangkan dengan penuh penekanan.
"Kamu lha, Ham."
Hamzah menghela napas berat. "Kalau begitu Mama harus mengikuti apa yang Hamzah inginkan."
"Menggelar pernikahan sederhana maksud kamu? Mau ditaruh di mana muka Mama?!"
"Hakikat dari pernikahan itu untuk beribadah. Jangan buat Hamzah pusing bisa, kan, Ma?"
"Mama rasa kamu punya uang untuk membayar ini semua. Jangan terlalu perhitungan, toh juga untuk acara kamu sendiri. Pernikahan itu sekali seumur hidup, wajar dong kalau sedikit menguras kantong?"
"Sedikit Mama bilang? Uang sebanyak itu akan jauh lebih bermanfaat kalau Hamzah pakai untuk membeli tanah dan rumah."
"Setelah menikah kamu bisa tinggal di sini, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Mama dan Ayah," putus Anggi tak menerima bantahan.
Hamzah mengelus dada sabar. "Tidak diperkenankan dua ratu menempati satu kerajaan. Hamzah rasa Mama paham akan hal itu."
Anggi menggeleng tegas. "Hanum nggak keberatan untuk tinggal bersama Mama, itu sudah menjadi kesepakatan kami."
"Mungkin sekarang Hanum tidak keberatan, tapi bagaimana dengan nanti? Kehidupan setelah menikah belum dia rasakan. Maka dari itu dia begitu mudah mengiyakan permintaan Mama," sahut Hamzah tak mau kalah.
"Sudah, lha, Ham, jangan terus menerus mendebat Mama. Lebih baik sekarang kamu fitting baju pengantin bersama Hanum. Mama nggak enak sama pihak butik kalau sampai kalian terlambat," titah Anggi.
"Terserah Mama, Hamzah pusing!"
Belum apa-apa dia sudah dibuat migrain. Padahal, pernikahan masih satu bulan lagi, tapi sang ibu sudah berhasil membuat tekanan darahnya ikut meningkat pesat.
"Jangan lupa bayar DP-nya ke vendor, Ham. Mama nggak mau kamu pura-pura lupa ya."
Hamzah berjalan lesu meninggalkan sang mama yang terus mengoceh ini dan itu.
Entah harus sampai kapan dia hidup dibayang-bayangi titah sang mama?
Otaknya seolah menginstruksi untuk pergi dan mengingkari segala hal pinta sang ibu. Tapi hatinya tidak setega itu.
Berdebat dan beradu mulut memang sudah jadi makanan sehari-hari, tapi untuk lebih dari itu dia tak memiliki cukup nyali.
Dia tak mungkin melukai ibunya sendiri, terlebih surga berada di bawah telapak kaki beliau.
"Papa mau ke mana? Za ikut."
Penuturan Haleeza yang tengah bermain bersama Lingga di teras rumah menghentikan langkah Hamzah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...