بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Hidup di akhir zaman, yang sudah menganggap lumrah perzinaan adalah suatu keterbelakangan."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinHAMNA menatap sang suami penuh tanya, pasalnya lelaki itu pulang dengan pandangan kosong dan lebih banyak diam. Perempuan itu semakin dibuat penasaran, terlebih saat diajak berbincang, Hamzah terlihat tidak fokus.
"Aa kenapa sih? Masih marah sama saya?"
"Habis dari mana? Kok lama?"
"A Hamzah!" pekiknya kesal karena merasa diabaikan.
"Iya, apa, Na?"
"Aa yang kenapa? Malah nanya saya lagi."
"Memangnya saya kenapa?"
Hamna meraba kening Hamzah. "Perasaan nggak panas kok, tapi kenapa tiba-tiba aneh gini? A Hamzah habis ketemu siapa?" selidiknya penuh curiga.
"Saya mandi dulu ya, Na, gerah," katanya melengos begitu saja.
Hamna menunggu Hamzah seraya bersandar di dinding dekat pintu kamar mandi. Rasa penasaran membuat akalnya sedikit berceceran.
"Aaaakkkh! Kenapa Bapak nggak pake baju!" teriaknya histeris saat Hamzah keluar kamar mandi hanya menggunakan handuk saja.
Tanpa dosa Hamzah berjalan mencari keberadaan kopernya. "Ya lagian kamu kurang kerjaan banget sih, Na pake nongkrong di depan kamar mandi. Mau apa? Mau mandi bareng?"
Hamna menutup matanya dengan kedua telapak tangan. "Dihh, ogah banget. Lagian saya itu hanya penasaran sama keanehan Bapak yang pulang-pulang kayak orang linglung!"
"Alah, paling juga alasan kamu doang, kan."
"Sudah pake baju belum? Buruan ih, jangan nodai kesucian mata saya!"
"Lihat saja sendiri!"
"Nggak mau, nanti Bapak ngibulin saya lagi."
Hamzah tak menjawab, dia lebih memilih untuk memakai bajunya secepat kilat, lalu melemparkan handuk yang tadi dia kenakan pada Hamna.
"Nggak ada sopan-sopannya banget sih Pak Duda!" murka Hamna.
"Berisik banget sih, Na, sudah malam ini. Jangan teriak-teriak," cetus Hamzah.
"Bapak nggak punya celana yang nutup aurat apa? Kependekan itu. Nggak malu emangnya," dengkus Hamna mengomentari penampilan Hamzah yang hanya menggunakan celana pendek dan juga kaus oblong.
"Enak saja kamu kalau ngomong, aurat laki-laki itu dari pusar sampai lutut. Nggak lihat ini celana saya panjangnya sebatas lutut?"
"Pake celana panjang, kan bisa!"
"Gerah, Na. Banyak komentar banget sih."
"Perasaan biasanya juga pake celana panjang. Nggak usah banyak alasan deh," sembur Hamna.
"Suka-suka saya, lha, Na. Kok jadi kamu yang protes!"
"Masalahnya saya yang lihat jadi risih!"
"Ya sudah nggak usah dilihat, gampang, kan?"
Hamna menggeram kesal, lalu berjalan menuju ranjang dan tidur telungkup seraya menutup kepalanya dengan bantal.
"Bangun, Na ada yang mau saya bicarakan sama kamu," pintanya seraya menarik paksa bantal yang Hamna kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
EspiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...