بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Meksipun ketemu jodohnya dianggap terlambat, yang penting sekarang sudah bersama orang yang tepat."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinSEBUAH kertas putih polos serta bolpoin ada di atas meja. Hamna sedikit mengernyit, kurang mengerti akan maksud dari suaminya.
"Buat apa?"
Hamzah menggambar sebuah garis horizontal di tengah-tengah kertas tersebut. "Coba kamu tulis planning lima tahun ke depan."
Hamna menurut mengikuti titah Hamzah. "Soon, saya lulus kuliah, jadi pebisnis di bidang kuliner, menikmati peran sebagai istri dan juga ibu, serta harus jadi menantu idaman ibumu."
"Aamiin," sahut Hamzah lalu kembali mengambil alih kertas tersebut.
"Bismillah, lima tahun ke depan sampai dengan seterusnya saya akan selalu membersamai istri saya dalam mewujudkan cita-citanya."
"Itu namanya curang. Nggak kreatif!"
"Kenapa gitu?"
"Ya harusnya Aa juga tulis planning Aa dong, bukan malah ngikutin saya."
"Kamu tahu nggak sih, Na? Pernikahan itu berat, kita perlu pegangan agar bisa tetap kukuh pada satu tujuan. Di saat kamu sudah tahu arah kamu akan ke mana, maka saya sebagai suami tinggal menjalani peran sebagai support system terbaik."
"Seharusnya planning ini kita buat saat setelah akad, tapi karena satu dan lain hal saya baru bisa merealisasikannya sekarang. Cinta akan pudar, tapi di saat kita punya tujuan, maka kita akan senantiasa berusaha untuk tetap bersama, mempertahankan apa yang sudah kita ikrarkan di hadapan Sang Pencipta."
"Kita perbaiki kurikulum yang ada di dalam rumah tangga kita. Mari susun dengan jelas dan penuh arah, supaya mahligai yang kita bangun bisa mencetak keturunan yang shalih dan shalihah."
Hamzah menunjuk kertas yang telah mereka isi bersama. "Sekarang kita punya pegangan, ada tujuan yang harus kita capai. Mari saling bekerja sama?"
Hamna tak bisa berkata-kata, dia hanya mampu mengangguk patuh. Hatinya mendadak diliputi rasa tenang dan bahagia.
Pernikahan seperti inilah yang selama ini dia cita-citakan.
Dibina bukan hanya karena dasar rasa cinta, melainkan saling mendukung untuk mewujudkan tujuan bersama.
"Kenapa diam? Ada yang salah? Mau ada yang diubah?"
Lagi-lagi Hamna menggeleng, dia menatap lekat mata Hamzah lalu berkata, "Saya menerima tawaran kerjasamanya."
Hamzah menolak saat Hamna mengulurkan tangan untuk saling berjabatan. Dia meminta Hamna untuk mencium punggung tangannya. Meskipun sedikit ragu, Hamna akhirnya menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...