بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Cinta itu sukar untuk diungkapkan, tapi nyata kala dirasakan."
—Rintik Sendu—
by IdrianiiinTEPAT saat Hamna bangun dari sujud, samar-samar dia mendengar pintu yang dibuka. Tapi, dia masih teguh pendirian untuk menuntaskan salatnya terlebih dahulu.
Di sana Anggi meletakkan nampan berisi makanan serta minuman, tak lupa juga ada dua buah paper bag yang dia simpan di atas nakas samping pintu.
Saat mendengar pintu akan kembali ditutup, dengan kecepatan kilat Hamna berlari menghampiri mertuanya. Tanpa memedulikan salatnya yang harus terpaksa dia batalkan.
"A Hamzah bantuin saya!" pekiknya berusaha untuk menahan tangan sang mertua yang sudah bersiap untuk kembali menutup rapat pintunya.
"A Hamzah!" teriak Hamna dengan suara yang lebih keras, berharap sang suami segera menuntaskan salatnya.
Dengan kekuatan penuh Anggi menutup pintu kamar sang putra. Mengabaikan teriakan Hamna yang mengaduh kesakitan, karena kerudungnya menyangkut di antara celah pintu.
Hamzah yang baru saja selesai salat dibuat kaget, saat melihat kepala Hamna berhimpitan dengan pintu.
Mana posisinya miring pula.
"Allahuakbar! Kenapa bisa kayak gini, Hamna? Ya Allah!" tanya Hamzah cemas dan bergegas menghampiri istrinya.
"Kepala sama leher saya sakit, kelamaan miring, mana kerudung saya nggak bisa ditarik lagi. Ini gimana Aa?"
Dengan cepat Hamzah mencari gunting, lantas segera membantu Hamna. "Ada yang sakit? Rambut kamu aman, kan? Nggak kepotong, kan?"
Hamna tak menjawab. Dia lebih memilih untuk menghampiri cermin, melihat sisi kanan hijabnya yang sudah compang-camping.
Antara iba dan ingin tertawa, Hamzah bingung dengan apa yang saat ini dia rasakan. Tapi, sebisa mungkin dia berusaha untuk menahan tawanya.
"Kenapa bisa kerudung kamu sampai terhimpit pintu, hm?"
"Itu semua karena ulah Ibu Anda!" adunya begitu menggebu-gebu.
"Mama? Kok bisa?"
"Masa Aa nggak denger apa-apa sih? Tadi saya teriak-teriak manggil nama Aa."
"Saya nggak denger apa-apa, Na."
"Bapak, kan cuma salat, kenapa mendadak budeg!"
"Serius, Na saya nggak denger apa-apa."
Hamna menunjuk ke arah nakas lalu berkata, "Tadi Ibu Anda menyimpan itu semua. Saya mencoba untuk menjegal agar bisa keluar, tapi tenaga saya kalah kuat dan malah berakhir kayak tadi."
Hamzah bergegas mengambil apa yang ada di atas nakas. "Mau makan sekarang, Na?"
"Sebenernya saya sudah sangat lapar, tapi saya harus salat isya dulu. Yang tadi batal karena saya berusaha untuk kabur dari kamar ini."
"Ya sudah kalau gitu makan dulu, supaya salatnya nanti khusyuk."
"Saya mau salat dulu, kalau kekenyangan malah suka jadi malas salat."
Hamzah mengangguk singkat.
Hamna bergegas mengambil wudu, dia keluar kamar mandi hanya dengan menggunakan ciput ninja sebab kerudungnya yang compang-camping dia buang ke tempat sampah.
![](https://img.wattpad.com/cover/355397240-288-k914231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...