بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Tak usah terlalu mematok diri dan juga pasangan untuk jadi ideal di mata orang-orang. Cukup jadi apa adanya, karena kunci bahagia bukan dilihat dari standar manusia."
—Rintik Sendu—
by IdrianiiinHAMZAH geleng-geleng kepala saat dirinya pulang, rumah sudah didekor sedemikian rupa dengan kain-kain sebagaimana orang yang hendak menggelar hajatan, bahkan di pelataran rumah pun terpasang tenda dengan dilengkapi banyak kursi.
"Berasa lagi ngadirin acara sunatan," komentar Hamna.
Bukannya tersinggung, lelaki itu malah mengangguk. "Perpaduan cream dan putih yang jadi andalan ibu-ibu. Tinggal ditambah pelaminan untuk manten sunat saja."
Detik itu juga Hamna tergelak. "Berhubung sang putra mahkota hanya satu, ya sudah kalau gitu mari saya antar Aa ke mantri sunat."
"Ngaco kamu, Na."
"Ya habisnya Mama itu aneh-aneh saja, bilangnya hanya tumpengan, lha ini apa coba maksudnya? Pake acara manggil kang dekor sama kang sound."
"Perasaan dulu pas Hanin hamil nggak sampai sebegininya deh."
"Untuk sang putra mahkota apa sih yang nggak. Perkara kayak ginian mah gampang buat Mama."
"Nggak gitu juga atuh, Na, kesannya Mama pilih kasih. Saya sama Hanin diperlakukan dengan setara," ralatnya.
"Ya, ya, ya, terserah."
"Kalian ini bukannya langsung masuk malah ngobrol di luar. Mama tungguin dari tadi juga," oceh Anggi pada anak serta menantunya.
"Baru nyampe kok, Ma," sahut Hamzah.
Tiba-tiba Anggi menarik tangan Hamna, membawa menantunya masuk ke dalam. "Mama sudah siapkan pakaian untuk kamu, semoga saja ukurannya pas ya, Na."
"Pakaian untuk apa, Ma?"
"Ya untuk acara hari ini atuh."
"Emang harus pake baju baru?"
Anggi mengangguk mantap. "Harus, karena Mama sengaja beli baju couple untuk kamu dan Hamzah. Gamis dan juga koko yang sudah include dengan perintilannya."
"Kapan belinya, Ma?" tanya Hamna dibuat tak percaya.
"Tadi pagi atuh, pas kalian berangkat kampus Mama cariin baju untuk kalian."
"Apa ini nggak berlebihan?" Kini Hamzah yang mulai mempertanyakan.
"Nggak ada yang berlebihan. Sudah kalian jangan banyak interogasi Mama, sekarang mandi terus pakai baju yang sudah Mama siapkan. Sebentar lagi acaranya akan dimulai."
"Mama undang berapa banyak orang?" seloroh Hamzah enggan untuk mengikuti titah sang ibu.
"Hanya 200 orang."
"Segitu Mama bilang hanya?"
"Seharusnya dua kali lipatnya, Ham, tapi saat Mama pikir-pikir lagi mending nggak usah, terlalu banyak. Yang penting nanti nasi kotak dan bingkisannya sampai ke banyak orang."
"Emangnya Mama buat berapa pcs?"
"Kurang lebih ada 500 porsi nasi kotak, bingkisannya juga berjumlah sama kalau nggak salah."
Hamna meneguk ludahnya. Tuh, kan apa dia bilang. Acara yang mertuanya sokong sudah serupa dengan hajatan yang digelar satu hari satu malam. Pantas saja pukul tiga dini hari tadi hebohnya minta ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualitéSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...