بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Bukan orang tua namanya kalau tidak banyak minta dan menuntut anak serta menantunya."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinTAK terasa Hamna sudah menjalani masa kuliah selama setengah semester. Dia bisa sejenak bernapas untuk menikmati masa libur semester ganjil, meksipun singkat tapi lumayan bisa dipakai untuk mengistirahatkan otak.
"Mumpung lagi sama-sama punya waktu luang, lebih baik kalian liburan berdua," saran Lingga.
"Waktu libur lebih baik dipakai untuk rebahan, Yah," sahut Hamna.
"Nggak kepengin liburan gitu?"
"Saya yakin ada udang di balik batu. Liburan yang Ayah tawarkan bukan sembarang liburan," selidik Hamna penuh curiga.
"Lha, kok malah jadi buruk sangka sama Ayah, Na?"
"Bukan buruk sangka, tapi bentuk dari kewaspadaan."
Lingga dan Hamzah hanya geleng-geleng dan saling pandang mendengar jawaban Hamna.
"Anak tetangga yang bulan lalu nikah, sudah hamil. Lha, kalian nikah sudah lebih dari enam bulan nggak kunjung menunjukkan tanda-tanda," cetus Anggi yang baru saja ikut bergabung. Dia meletakan teh hangat beserta camilan di atas meja.
"Anak tetangga Ibu sudah DP duluan kali," sahut Hamna asal.
Hamzah berusaha untuk menahan tawanya. Mulut Hamna itu memang suka sembarangan dan asal jeplak.
"Kamu kali yang bermasalah!"
Bukannya tersinggung, Hamna malah tertawa. "Itu Ibu tahu. Saya, kan emang biang masalah ya."
"Ham!" desis Anggi menuntut penjelasan lebih.
"Hamna cuma bercanda, Mama nggak usah terlalu serius. Dia itu, kan anaknya suka asal jeplak."
"Memangnya kenapa kalau saya bermasalah? Mau kayak di sinetron-sinetron gitu? Anaknya dipaksa nikah lagi, poligami? Basi itu, Bu. Ada yang lain?"
Wajah Anggi semakin merah padam. "Kamu makin berani ya sama saya. Nggak ada etika dan sopan santunnya ngomong sama orang tua."
Dengan santainya Hamna menyomot jajanan pasar lalu melahapnya tanpa dosa. "Putri ayunya enak, Bu. Beli di mana?"
"Emang bener-bener ya kamu, Hamna!"
"Benar-benar apa, Bu? Benar-benar cantik, jelita, dan baik hati ya."
Hamzah menimpuk kepala Hamna dengan tutup toples. "Cukup, Na, kamu seneng banget bikin Mama darah tinggi."
Dengan entengnya Hamna kembali melempar tutup toples itu pada Hamzah. "Lebih baik kelebihan darah, daripada kurang darah. Kan kalau lebih, lumayan bisa dihibahkan."
Anggi menggeram kesal lalu meletakan kasar dua tiket pesawat tujuan Lombok di atas meja. "Besok kalian flight."
Hamna kegirangan seketika. "Widih, ke Lombok A Hamzah. Mau ke Gili Trawangan saya."
"Tadi katanya nggak mau liburan, Na?" tanya Lingga.
"Nggak mau liburan kalau keluar modal sendiri, Yah. Kalau ini, kan gratis. Sudah termasuk hotel dan penginapan, kan? Ongkos jajanannya juga ditanggung, kan?"
Hamzah menepuk jidatnya. Merasa malu melihat kelakuan istrinya sendiri.
"Semuanya saya yang tanggung dengan satu syarat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpirituellesSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...