بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Move on adalah seni merawat hati agar senantiasa ikhlas, supaya tetap waras dan hidup dengan bebas."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinHAMZAH membawa nampan berisi makanan yang baru saja diantar oleh pegawai hotel. Mereka memang berencana untuk sarapan di kamar, enggan untuk beranjak dari pembaringan. Rasa lelah masih merongrong tubuh keduanya.
"Ini nggak ditambah obat macam-macam, kan?" tanya Hamna penuh selidik.
"Maksud kamu obat apa sih, Na?" sahut Hamzah heran.
"Ya semacam obat tidur, obat-obat terlarang, dan sejenisnya yang bisa mengancam kemaslahatan hidup saya."
Hamzah menghela napas berat. "Ya kali saya meracuni istri saya sendiri."
"Bukan meracuni, tapi menjebak saya untuk merealisasikan kepentingan Bapak."
Tanpa ampun Hamzah menonyor kening Hamna. "Kamu itu emang korban sinteron, Na. Makanya upgrade tontonan, jangan drama mulu yang dijadikan sebagai bahan hiburan."
"Ya siapa yang tahu coba? Bisa saja, kan Bapak merencanakan hal buruk pada saya, dan sekongkol dengan Ibu Anda. Apalagi kita lagi di hotel, mana nggak ada orang yang saya kenal lagi."
Hamzah geleng-geleng kepala. "Ya sudah jangan makan saja sekalian. Capek saya dicurigai terus!"
Hamna nyengir, lalu memasukan nasi beserta lauknya.
"Gimana? Apa ada efek samping?"
Hamna mengangguk cepat. "Ada, Pak, makin lapar saya."
"Itu sih emang dasar kamunya yang doyan makan!"
"Jangan ngegas mulu dong, Pak. Perasaan semenjak ketemu mantan jadi makin sensitif deh," keluhnya.
"Nggak ada sangkut-pautnya juga!"
"Tahu nggak sih, Pak yang lebih peka dan menyadari perubahan dalam diri kita itu bukan diri sendiri, melainkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Contohnya saya, sekarang Bapak makin sensitif dan suka ngomel-ngomel."
"Kamu juga harus tahu, Na kalau pergaulan itu mempengaruhi. Nah, saya banyak bergaul sama kamu, jadi ketularan!"
Detik itu juga Hamna mencubit pinggang Hamzah dengan sangat kuat. "Enak saja tuh mulut suka sembarangan!"
"Pegang-pegang saya denda Rp. 100.000,00 ya, Na."
"Kayak Bapak nggak pernah pegang-pegang saya saja!" ucap Hamna pongah.
Hamzah berdecih. "Babak belur saya setiap kali habis pegang kamu. Pasti selalu ada bagian tubuh saya yang memar dan benjol."
Tanpa dosa Hamna malah tertawa puas. "Itu namanya risiko. Makanya nggak usah modus-modus sama saya!"
"Ya sudah sekarang kita mau ke mana?" tanya Hamzah setelah mereka selesai sarapan.
Hamna bersidekap dada. "Nggak mau ke mana-mana."
"Kita di Lombok satu minggu lho, Na, masa iya nggak ke mana-mana?"
"Mendadak nggak mood saya, kebayang muka Ibu Anda terus. Apalagi kalau ingat voice note yang Ibu Anda kirimkan. Mendidih darah saya!"
"Lebih nggak aman lagi kalau kita cuma diam di hotel," ujar Hamzah berniat untuk mengerjai istrinya.
Hamna langsung menunjukkan bogeman tepat di depan wajah Hamzah. "Mau saya tonjok sebelah mana, hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...