بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Orang yang pernah mengalami akan berusaha untuk memahami, bukan malah menghakimi."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinCUKUP banyak pertanyaan yang menghinggapi kepala Hamna, tapi entah mengapa itu hanya sebatas di kerongkongan saja. Semenjak kepulangannya dari Lombok tiga hari lalu, dia mendadak canggung kala berinteraksi dengan Hamzah.
Seolah ada sekat yang mengharuskannya untuk lebih menjaga sikap. Terlebih, saat tahu ihwal perasaan sang suami yang begitu gamblang mengutarakan ketertarikan. Rasanya ada sedikit rasa sungkan untuk bertindak kurang ajar.
Apalagi Hamzah mengharapkan dirinya bisa menjadi al mar'atus shalihah.
"Akhir-akhir ini saya kerapkali mendapati kamu lebih banyak diam dan melamun. Ada apa?"
Hamna berpikir sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berucap, "Mungkin pertanyaan saya ini akan menyinggung perasaan Aa dan membuat suasana di antara kita sedikit akward."
"Tumben pake pembukaan, biasanya langsung to the point. Bilang saja, Na jangan sungkan."
"Aa menikah di usia 35 tahun, betul?"
Dia mengangguk singkat.
"Apa nggak merasa panik dalam penantian? Sedangkan mungkin teman-teman seangkatan sudah sebar undangan pernikahan bahkan sebar undangan aqiqahan."
Hamzah malah terkekeh pelan. "Bohong kalau saya bilang nggak panik, di saat 'seharusnya' pria seusia saya sudah berkeluarga. Tapi apa mau dikata kalau Allah bilang belum waktunya? Memangnya saya bisa nawar. Nggak, kan, Na?"
"Saya tahu, tapi saya rasa desakan dari orang-orang jauh lebih riuh, atuh bahkan mungkin banyak dari mereka yang mengasihani Aa atas keterlambatan dalam bertemu jodoh."
"Saya sudah terbiasa hidup di bawah tekanan. Jadi, hal semacam ini sudah bukan masalah yang patut untuk saya ratapi lebih lanjut. Tidak ada yang perlu saya khawatirkan."
"Sudah ada di tahap setenang dan seikhlas itu?"
Dia mengangguk mantap. "Kenapa kamu tiba-tiba tanya soal ini, Na?"
"Sekadar ingin tahu, terlebih saya pun ingin memastikan apakah permintaan saya waktu di Lombok tiga hari lalu memberatkan Aa atau tidak?"
"Saya tahu tidak enaknya ditekan dan dituntut oleh seseorang, maka sebisa mungkin saya tidak melakukan hal tersebut pada orang lain. Terlebih lagi, tujuan saya menikah pun bukan hanya semata-mata untuk melahirkan manusia baru. Bukankah kita sudah membuat planning untuk lima tahun ke depan?"
"Saya tidak ingin merusak mimpi yang sudah kamu rancang. Karena saya tahu, bagaimana hancurnya saat kita tidak bisa menggapai apa yang kita inginkan."
"Maksud Aa?"
Hamzah mengukir senyum tipis. "Bisa dibilang hidup saya kerapkali berkawan dengan kata 'terlambat' entah itu dari segi pendidikan, pasangan, bahkan mungkin momongan. Saya memang lulus S1 tepat waktu, di usia saya 22 tahun. Tapi, saya malah fokus untuk membangun karier dan menunjukkan bahwa dengan menjadi fotografer saya bisa menciptakan kehidupan layak, baik untuk saya ataupun keluarga saya nantinya."
"Untuk meyakinkan Mama saya perlu waktu hampir 6 tahun, tapi nyatanya apa yang sudah saya perjuangkan tidak beliau nilai. Sampai akhirnya saya 'dipaksa' untuk melanjutkan S2 di usia saya yang sudah 27 menuju 28 tahun. Telat banget, kan? Seharusnya di usia segitu saya sudah memiliki istri dan juga anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...