RS | Part 7

2.1K 135 23
                                    

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Kita hanya pemeran dalam sebuah tayangan, yang jalan ceritanya sudah Allah rancang dengan sangat matang."

Rintik Sendu
by Idrianiiin

SEMUA Pasang mata menatap takjub dengan keindahan serta kemewahan gedung, di mana sebentar lagi akan berlangsungnya acara akad nikah. Tempat yang memiliki kapasitas lebih dari 1000 orang itu penuh sesak oleh tamu.

Berbagai macam hidangan tertata apik dan siap memanjakan lidah para tamu undangan yang hadir. Hiburan khas kesenian Jawa Barat pun ikut meramaikan.

Setelah penantian panjang, akhirnya Hamzah akan segera melepas lajang.

"Ham persiapkan diri sebentar lagi ijab kabul," ujar Anggi saat memasuki ruangan khusus untuk mempelai pengantin pria.

Hamzah yang saat ini begitu tampan dan gagah dengan balutan beskap mengangguk singkat.

"Enggak usah tegang gitu, gugup banget kamu kelihatannya," ujar Anggi sedikit terkekeh.

"Wajar kalau Hamzah merasa seperti itu, lagian ini kali pertama untuknya. Kamu sudah hapal, kan, Ham kabulnya? Jangan sampai salah," timpal Lingga.

"Insyaallah, Yah. Za di mana?"

"Sama Zanitha, lengket banget anak itu kalau sudah ketemu," sahut Lingga.

Hamzah mengangguk setuju. "Maklum ibunya, kan juga kayak gitu. Jadi nurun ke anaknya."

"Malah bahas istri orang, lupa kalau hari ini status kamu akan berubah jadi suami Hanum, Ham?! Ayah juga malah bahas perempuan itu. Kayak nggak ada hal lain yang lebih penting saja!"

Lingga dan Hamzah saling berpandangan lantas kompak mengembuskan napas berat. Mereka tak habis pikir dengan Anggi yang sekarang jadi tidak menyukai Zanitha, padahal dulu dia sangat dekat dan begitu berambisi untuk menjadikan perempuan itu sebagai menantu.

Hati manusia memang tidak ada yang tahu.

Dentingan gawai mengalihkan sedikit ketegangan yang terjadi. Dengan segera Hamzah melihat pesan masuk tersebut.

Hanum Mudrika

Maaf, A Hamzah aku nggak bisa melanjutkan pernikahan.

Tubuh pria berusia 35 tahun itu menegang di tempat. Dia sama sekali tak bergerak, tapi gemuruh di dada bergejolak hebat.

"Kenapa, Ham?" tanya Lingga keheranan.

Telinga Hamzah seolah disumpal, dia sama sekali tak mendengar pertanyaan sang ayah. Otaknya melanglang buana entah ke mana.

"Hamzah!" serunya lagi. Untuk kali ini dibarengi dengan tepukan di bahu sang putra.

Hamzah memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut terlebih dahulu. Dia menatap Anggi dan Lingga secara bergantian, otaknya berpikir keras untuk memilih kosakata yang layak.

"Pesan dari siapa, Ham?" Kini Anggi pun ikut angkat suara.

Hamzah kehabisan kosakata, dia hanya mampu menunjukkan gawainya pada sang ibu. Tubuhnya langsung lemas dan terduduk di kursi.

"Hanum membatalkan pernikahan," gumamnya antara percaya tidak percaya.

Anggi histeris dibuatnya, bahkan wanita yang sudah tidak muda lagi itu sampai limbung hingga hilang kesadaran. Dia pingsan.

Lingga berusaha untuk tetap waras dan tenang, dia membopong tubuh sang istri dan direbahkannya di sofa panjang yang kebetulan ada dalam ruangan tersebut.

Rintik Sendu Musim Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang