بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Mimpi buruk semua wanita ialah kala mendapat mertua yang tak tahu caranya memanusiakan manusia."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinLINGGA mengumumkan bahwa pernikahan sedikit diundur, para tamu yang hadir dimohon untuk sejenak menunggu seraya menikmati hidangan yang tersedia. Agar tetap kondusif pihak WO pun ikut membantu mengubah rundown acara.
Akad nikah yang semestinya dilaksanakan di awal, jadi berada di akhir. Hal tersebut memunculkan banyak tanda tanya di benak orang-orang, tapi karena jamuan terbaik serta dimanjakan dengan hiburan semua bisa kembali dikondisikan.
Acara berjalan kondusif, tidak hancur berantakan sebagaimana yang dikhawatirkan pihak keluarga.
Hamna menatap sebal ke arah cermin, dirinya dipaksa menjadi mempelai pengantin pengganti hanya karena alasan 'malu'. Sungguh sangat di luar logika, dirinya menikah dengan cara memiriskan seperti itu.
"Mau seisi dunia yang Bapak tawarkan pun saya tidak akan mau menikah dengan Anda!"
"Hanya kamu satu-satunya orang yang bisa membantu saya. Tolong bantu saya untuk kali ini saja. Apa pun akan saya lakukan agar kamu bersedia menjadi istri saya."
Hamna berdecak seraya bersidekap dada. "Apa pun? Jika saya meminta untuk dibangunkan candi dalam satu malam apa Bapak mampu?"
"Kamu gila, mana bisa. Kamu kira kita sedang ada di dalam negeri dongeng apa?!"
"Nah segila itu jugalah tawaran Bapak. Sampai sini paham?!"
Jika Lingga tidak turun tangan, perdebatan itu kian memanas dan tidak kunjung menemukan titik temu. Beruntung dia bisa melerai, dan akhirnya Hamna bersedia untuk 'membantu' Hamzah agar tetap bisa melanjutkan pernikahan.
Dengan banyak persyaratan dan juga kesepakatan yang Hamna ajukan, akhirnya kini mereka duduk berdampingan di depan penghulu.
Wajah Hamzah yang memang sudah tegang sedari tadi, semakin menegang saat menjabat tangan ayahnya Hamna.
Meskipun sedikit tidak rela melepas sang putri bungsu menikah secara mendadak, Ikram mengucapkan ijab dengan lantang.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya, Hamna Pramanita binti Ikram Rosadi dengan maskawin berupa uang tunai senilai Rp. 10.000.000,00 dibayar tunai."
Dalam satu kali tarikan napas Hamzah berucap, "Saya terima nikah dan kawinnya Hamna Pramanita binti Ikram Rosadi dengan maskawin tersebut tunai."
"SAH?"
"SAH!"
"Alhamdulillah. Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."
Hamzah menyodorkan tangannya agar disalami Hamna, tapi perempuan itu malah tertangkap basah tengah melamun. Dia masih linglung dengan apa yang baru saja terjadi.
Benarkah sekarang dirinya sudah berstatus sebagai istri orang?
Hamzah sedikit menyenggol kaki Hamna, untuk menyadarkan perempuan itu. Kening Hamna mengernyit seolah mengatakan, "Apa?"
Saat menyadari dirinya ditatap banyak pasang mata, dia berdehem sejenak lalu mengambil tangan Hamzah dan menempelkannya di kening.
Dia memundurkan kepala saat Hamzah akan memegang ubun-ubunnya, dia seperti belum rida dengan perubahan status ini. Apalagi Hamzah mau seenak jidat memegangnya, meskipun itu hanya sebatas puncak kepala, dia sangat amat keberatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...