بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Dikaruniai buah hati merupakan suatu rezeki, karena tidak semua pasangan diberi kesempatan tersebut."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinSEPASANG suami istri itu saling memandang melihat hasil testpack yang tengah Hamna pegang. Tak ada kata apa pun, keduanya sama-sama bungkam.
Sampai akhirnya lengkingan suara Hamna membuat Hamzah refleks menutup kedua telinga.
"Aakkh! Bapak kurang ajar sama saya!"
"Cukup, Na, jangan drama. Ini masih pagi," ucap Hamzah memohon.
"Ini hasilnya garis dua ihhhh!"
"Nggak papa, alhamdulilah saya pasti tanggung jawab. Ke dokter sekarang ya."
Hamna bersidekap dada. "Pening saya belum hilang karena lihat hasilnya, eh Bapak malah ajak saya ke dokter. Gimana sih!"
"Ya, kan kita harus pastikan kehamilan kamu. Sudah masuk berapa minggu, di USG supaya tahu perkembangan janinnya."
"Nggak usah pegang-pegang, sana jauh-jauh!" titahnya saat Hamzah hendak menarik tangan Hamna untuk keluar kamar mandi.
"Ke dokter ya, Na," pintanya lagi.
Hamna melirik sebal ke arah suaminya.
"Kamu jangan menyudutkan saya, seolah saya yang paling salah. Kamu, jangan pura-pura amnesia ya, Na."
Hamna menghentakkan kakinya kesal. "Bapak yang salah!"
Hamzah meringis kecil. "Na jangan pecicilan dong, kamu lagi hamil muda itu."
Hamna justru hanya menganggapnya angin lalu, dan tak memedulikan perkataan sang suami.
"Kita ke klinik sekarang," putus Hamzah tegas seraya menarik tangan istrinya.
Hamna mendelik tajam, dan berusaha untuk berpegangan pada apa pun agar Hamzah tidak mudah untuk menyeretnya.
Helaan napas berat dia keluarkan. "Karena kamu nggak mau jalan, terpaksa kamu saya gendong!" katanya tanpa izin langsung membopong Hamna di depan.
Tanpa dosa Hamna menggigit bahu Hamzah kasar, hingga lelaki itu meringis pelan.
"Jangan paksa saya!"
"Ini demi kebaikan kamu dan juga calon anak saya. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada kalian!" tukasnya saat menurunkan Hamna di kursi samping kemudi serta tak lupa memakaikan sabuk pengaman.
Setelahnya Hamzah berlari ke dalam rumah untuk membawa serta Haleeza, beruntung dia masih ingat kalau putri kecilnya sedang asik bermain di dalam kamar.
"Kita mau ke mana, Papa?" tanyanya saat Hamzah membukakan pintu belakang mobil.
"Nanti juga, Za tahu. Duduk yang manis di sana ya," katanya lalu berlari kecil untuk segera duduk di balik kemudi.
Hamna sama sekali tak memiliki selera untuk melihat ke arah Hamzah, dia lebih memilih untuk melihat jalanan yang terpampang dari samping jendela.
Saat merasakan elusan lembut di puncak kepala, dia sontak menoleh dan menatap penuh permusuhan pada suaminya.
"Saya bilang jangan pegang-pegang, ya jangan pegang-pegang!"
"Sudah sampai, Na, turun yuk," katanya membujuk.
Tanpa kata Hamna pun turun dari mobil dan membanting kasar pintunya. Hamzah hanya meringis seraya mengelus dada sabar.
"Papa buat salah sama Buna?" tanya Haleeza setelah mereka turun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
SpiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...