بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Perempuan memiliki insting yang kuat, bahkan validasinya bisa sangat akurat."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinHAMNA menggeliat dalam tidurnya, dia pun menepuk-nepuk sisi ranjang yang ternyata sudah kosong. Dia mengucek matanya lalu bersandar dan menatap sekeliling, mencari keberadaan seseorang.
Saat telinganya menangkap suara gemericik air, dia melihat ke arah kamar mandi. Tak lama dari itu Hamzah keluar sudah dengan pakaian lengkap, sebuah kaos oblong serta celana pendek sebatas lutut dikenakannya.
Tanpa banyak bicara, dia membantu Hamna untuk menuju kamar mandi. "Sebentar lagi azan subuh, bersih-bersih dulu ya, Na."
Hamna hanya mengangguk lalu menutup rapat pintu kamar mandi. Tak memerlukan waktu lama, dia sudah menyelesaikan ritual bersih-bersihnya.
Saat keluar, dia sama sekali tak mendapati Hamzah berada di sana. Tapi tempat tidur sudah kembali rapi, bahkan ada pakaian ganti untuknya. Senyum Hamna sedikit tertarik saat membaca secarik kertas yang berada di atas pakaian tersebut.
Saya ke masjid dulu, pakaiannya sudah saya siapkan. Dipakai ya, Na. ;)
Terdengar kumandang azan saling bersahutan, dengan segera dia memakai pakaiannya. Menggelar sajadah, lantas menggunakan mukena untuk memulai salat
Hamna beranjak keluar kamar saat sudah menuntaskan kewajibannya. Dia berjalan menuju dapur, melihat isi kulkas untuk mencari bahan masakan yang sekiranya bisa dimasak.
"Assalamualaikum," suara salam menguar, berhasil menghentikan kegiatan Hamna yang tengah membersihkan beberapa potong ayam.
"Wa'alaikumusalam," jawab Hamna saat Hamzah sudah menghampiri dan berdiri tak jauh darinya.
Hamzah melepas kopiahnya terlebih dahulu. "Saya bantu. Mau masak apa, Na?"
Suasana mendadak canggung, bahkan Hamna beberapa kali berdehem untuk menormalkan suaranya. "Menurut Aa lebih baik ayam ini dimasak apa?"
Hamzah terkekeh. "Saya bertanya, kenapa malah balik bertanya, hm?"
Hamna sedikit menggeser posisi, merasa jarak di antara keduanya terlalu dekat. "Ayam suwir?"
"Boleh." Dengan telaten Hamzah mengambil alih ayam yang baru saja selesai dicuci bersih oleh Hamna, untuk dimasukan ke dalam panci beserta rempah-rempah supaya bau amisnya hilang.
Hamzah mengambil alat penghalus, lalu memasukan cabai, bawang, serta bumbu-bumbu lainnya hingga benar-benar halus dan siap untuk ditumis di dalam wajan.
Sedangkan Hamna sedikit melipir untuk melihat nasi yang sebelumnya sudah dia masak di dalam magic com. Saat dirasa sudah matang, dia mengambil dua centong nasi untuk disimpan ke atas piring.
Dia angin-anginkan nasi yang masih mengepulkan asap panas itu. Lalu kembali menghampiri Hamzah yang kini sudah mulai menyatukan bumbu serta ayam di atas penggorengan. Wanginya yang semerbak, membuat perut kian keroncongan.
"Makan di mana?" tanyanya saat sudah memindahkan ayam suwir kemangi ke atas piring, tak lupa ada beberapa pcs nugget yang juga sudah dia goreng.
Hamna menunjuk ke arah ruang tengah, di mana dia sudah menyiapkan nasi untuk suaminya. Hamzah mengangguk lalu mereka jalan beriringan, dan duduk lesehan.
"Enak, Na?" tanyanya.
"Apanya yang enak?"
"Ayam suwirnya, lha, Na. Kamu kenapa? Perasaan jadi banyak diem," seloroh Hamzah penuh keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
EspiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...