بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Nyatanya waktu belum mampu untuk mengeyahkan rasa yang dulu bersemayam apik di dalam dada."
-Rintik Sendu-
by IdrianiiinHAMZAH menggeram saat melihat kardus berisi undangan pernikahan yang jumlahnya berkisar sekitar 1000 pcs. Sangat berbeda dengan sang ibu yang begitu sumringah dan antusias.
"Apa Mama tidak berpikir kalau ini semua sangat berlebihan?" tegur Hamzah cukup jengkel.
Sebuah gelengan Anggi berikan.
Hamzah mengacak rambutnya frustrasi. "Untuk apa sih, Ma pesta mewah? Hanya buang-buang uang saja. Mubazir, berlebihan itu namanya."
"Sudah, Ham, jangan banyak protes. Kamu tinggal terima beres saja, semuanya Mama yang urus."
Tak ada yang bisa dia lakukan, selain menghela napas berat. Mendebat sang ibu hanya akan memperunyam keadaan. Jadi, akan lebih baik kalau dirinya mengalah saja.
"Coba list siapa saja yang ingin kamu undang, nanti undangannya Mama pisahkan," titahnya.
Hamzah berdehem sebagai jawaban.
"Untuk gedung dan vendor sudah kamu lunasi, kan, Ham?"
"Sudah."
"Kemarin jadi, kan ketemu sama orang catering? Gimana? Apa saja menu yang kamu pilih."
"Hanum yang memilih, Hamzah nggak ikut campur."
Anggi manggut-manggut. "Selera Hanum dan Mama sama, jadi pasti dia tahu menu apa saja yang pantas untuk menjamu tamu."
"Ya."
"Mama nggak sabar ingin segera melihat kamu dan Hanum duduk di pelaminan," ocehnya.
Hamzah hanya melirik tanpa minat sedikit pun.
"Kamu juga sama, kan, Ham."
"Hm."
"Kamu kenapa sih? Singkat-singkat banget perasaan jawabnya," omel Anggi.
"Hamzah capek, baru pulang ngajar tapi langsung disuguhi hal-hal semacam ini," keluhnya.
Rumah sudah seperti kapal pecah, barang-barang berserakan di mana-mana. Meskipun dia agak berantakan, tapi dia tak suka melihat kekacauan yang saat ini dibuat oleh ibunya.
"Haleeza di mana, Ma?" tanyanya.
"Tadi dijemput sama Nenek dan Kakeknya, mau diajak ke kebun binatang."
"Kenapa nggak izin Hamzah?"
"Ham, meksipun kamu sudah menganggap Haleeza seperti anak kamu sendiri, kamu jangan lupa kalau keluarga Haikal pun memiliki hak sama seperti kita. Hak asuh memang berada di tangan kita, perwalian pun ada pada kita, tapi kita nggak bisa meng-klaim Haleeza sebagai milik kita."
"Tapi seharusnya Mama kasih tahu Hamzah. Kalau tahu Haleeza akan pergi sama keluarga Haikal, Hamzah bisa mengosongkan jadwal."
"Kamu mau ikut bergabung sama keluarga Haikal?"
"Ya, Hamzah harus memastikan kalau Haleeza aman dan bersama orang yang tepat."
"Dasar posesif!" cibirnya.
"Lebih baik kamu bersih-bersih, Ham, sebentar lagi juga Haleeza diantar pulang," titah Anggi kemudian.
Hamzah menurut tanpa banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Sendu Musim Pertama
EspiritualSPIN OFF || EPILOG TANPA PROLOG Melajang di usia matang bukanlah mimpi buruk. Justru mimpi buruk yang sesungguhnya ialah, kala dia harus menerima perjodohan yang telah dirancang sang ibu. Sekadar membayangkannya saja tak mampu, apalagi jika harus t...