"Siapa dia?"
Semua orang bertanya-tanya, tentang sosok gadis berambut pendek dengan senyuman cerah. Aura positif gadis itu memancar indah, bersamaan dengan mata rubah yang menyipit membentuk bulan sabit. Untuk beberapa menit, semua orang mematung, terhipnotis dengan aura hangat yang memamcar di bawah cahaya mentari.
Tak ada satu pun yang menduga jika gadis itu adalah Sena. Termasuk Jayden yang mematung, dengan bibir terbungkam rapat. Di dalam otaknya, muncul pertanyaan-pertanyaan tentang siapa gadis di depannya. Namun, pertanyaan Jayden langsung terjawab, ketika dia mengenali mata rubah dan aura matahari milik Sena. "Matahari?" panggil Jayden dengan senyuman kikuk.
Sena terdiam beberapa saat. Dia lalu berbalik ke belakang, memergoki sejumlah orang yang ketahuan sedang menatapnya. Mereka langsung melirik ke arah lain, meskipun Sena sudah menangkap basah mereka semua. "Mereka kenapa? Apa penampilanku terlihat sangat aneh di sini?"
Jayden segera menggelengkan kepala. "Tidak. Kau tidak aneh, tapi... lucu."
Tiba-tiba suara Jayden terdengar kikuk, berbeda saat pertama kali dia mengajak Sena untuk duduk di meja yang sama dengannya. Hal itu membuat Sena mengernyitkan kening, dan menatap heran ke arah Jayden. "Ya, di sini yang aneh bukan aku, tapi kau juga," balas Sena.
Sena menatap hadiah yang ada di dalam genggaman Jayden. Awalnya, Sena bernapas lega, karena tak perlu menjauhkan Jayden dari Selena. Namun, setelah Sena menarik dan mengeluarkan napas lega, dia baru sadar... jika Jayden pernah menyatakan perasaannya, sekaligus meminta Sena untuk hadir di tempat ini.
"Ah, si*l, aku melupakan hal ini," gumam Sena.
Tepat di hadapan Sena, Jayden berlutut dengan tangan yang menjulurkan sebuah kain mewah. Pemuda itu mendongak, dan tersenyum ke arah Sena, dengan senyuman ramah. Dia berkata, "Sesuai janjiku, aku berusaha untuk mendapatkan hadiah ini hanya untukmu."
"Tadinya, aku pikir kau tak mau datang ke sini, jadi aku ingin datang ke mansion penyihir dan langsung memberikan ini padamu. Tapi ternyata? Kau datang ke sini, sesuai dengan ajakanku," jelas Jayden.
Sena meneguk ludahnya sendiri. Apalagi ketika melihat mata tulus Jayden yang hanya tertuju padanya saja. Ini bukan hal yang Sena rencanakan. Dia berusaha menjauhkan Selena dari Jayden, bukan untuk membuat Jayden menempelinya seperti ini. Sena masih Sean. Dia tak bisa menerima perasaan Jayden, walaupun hatinya mulai luluh.
Sena hampir menolak tawaran Jayden untuk menerima kainnya. Namun, para penyihir menatapnya dengan mata berbinar dan kedua tangan bersatu di depan dada. Semuanya berharap Sena mendapatkan kain itu, lalu tertawa bahagia di atas penderitaan Selena.
Sayangnya, Sena tak sejahat itu untuk menertawakan jatuhnya Stefan, bersama tubuhnya sendiri. Dia malah menerima kain itu, tapi tidak dengan suara tawa mengejek. Gerak-gerik Sena membuat semua orang mengernyitkan kening. Beberapa dari mereka mulai menggosipkan tingkah laku Sena.
"Eh? Ada apa ini?"
"Jadi gadis dengan senyuman hangat itu adalah si penyihir jelek?"
"Biasanya dia tampil dengan rambut panjang, dan mata rubah yang sinis! Tapi ternyata? Gadis rubah itu bisa menjadi gadis seperti ini juga?"
"Aneh! Apa dia kerasukan malaikat?"
"Memangnya penyihir berwatak setan bisa kemasukan malaikat juga?"
Semua gosipan masuk ke telinga Sena. Namun, Sena menahan amarah, atau pun luka di sekujur tubuhnya. Dia ingin bersikap tenang dan anggun, supaya tak ada orang yang mencurigainya sudah terjatuh bersama Stefan.
Sementara di sudut ruangan lain, ada Selena yang menatap heran ke arah Sena. Biasanya, Sena memiliki aura gelap menyebar ke seluruh tubuhnya. Namun, saat ini? Entah kenapa, ada cahaya hangat yang bisa Selena rasakan dari jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...