Stefan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia ingin membalas ucapan Selena, tetapi keningnya mengernyit, ketika melihat sinar yang muncul di bawah meja. "Sinar apa itu?"
Selena tersentak kaget, setelah tahu Stefan menyadari keberadaan sinar di belakangnya. Stefan hampir memeriksa buku itu, tetapi seorang tabib datang menghampiri Selena. Tabib itu memakai sebuah kain hitam untuk menutup hidung dan bibirnya. Matanya melirik ke arah Selena dan juga Stefan.
Setelah itu dia berkata, "Putri, kondisi pangeran Hiro sudah lebih baik, setelah saya beri obat penenang. Namun, karena ramuan dari bunga matahari di sini sangat langka, saya tak bisa menyembuhnya pangeran Hiro."
Bola mata Selena langsung dilapisi cairan bening. Detak jantung gadis itu berdetak kencang, dia kemudian melirik ke arah Stefan. "Bagaimana ini Stefan? Bunganya langka, dan sulit ditemukan! Lalu di sisi lain, Hiro menderita setelah menyelidiki wabah ini."
"Aku takut, Hiro tak bisa sembuh kembali," kata Selena. Selena tak bisa menghentikkan air mata yang mengalir di pipinya. Hal itu membuat Stefan semakin sadar, jika untuk selamanya Selena tetap mencintai Hiro. Namun anehnya, Stefan juga kesulitan untuk melepas ikatannya dengan Selena.
Stefan berjalan mendekat ke arah Selena, dia mengusap air mata di pipi Selena. "Jangan khawatir, aku yang akan mencari penawarnya."
"Kau yakin? Tapi, mendapatkan bunga itu tak mudah. Mungkin... kau juga akan terluka, Stefan," jelas Selena.
Stefan mendongakkan wajahnya, kemudian tersenyum. "Ini sudah menjadi takdir langit. Sebagai bayangan pangeran pertama, aku harus rela mengorbankan diriku sendiri."
Stefan berharap Selena benar-benar mempedulikannya, dan juga memperhatikannya seperti yang gadis itu lakukan pada Hiro. Namun, di saat Stefan berdiri di depan Selena, menawarkan telapak tangannya untuk digenggam, pada akhirnya Selena hanya menjadikannya pilihan kedua saja.
Pangeran kedua tetap menjadi pangeran kedua.
Selena mencintai Hiro, dan Stefan hanya digunakan ketika Hiro tak ada. Memikirkan semua kenyataan di depannya, membuat Stefan tersenyum miris.
Pemuda itu akhirnya memilih untuk berkomunikasi, sekaligus mendekati tabib di depannya. Namun, tabib itu malah memundurkan langkahnya. Dia berkata kepada Stefan, "Pangeran, saya baru saja memeriksa pangeran Hiro, jika ada yang ingin Anda tanyakan... tolong tanyakan di sisi yang lebih jauh dari saya. Saya takut, Anda tertular penyakitnya juga."
Stefan mengernyitkan kening. Mungkin Stefan memang tak bisa mencium aroma tabib di depannya. Namun, Stefan bisa mendengar jelas, suara tabib yang ada di depannya. "Bukan suara bebek? Berarti dia bukan tabib yang sudah menolongku."
"Jadi... Selena berbohong padaku? Tapi untuk apa dia sampai berbohong segala?"
•••
Jayden diantar pergi ke perbatasan antara mansion dan hutan kerajaan. Para penyihir awalnya mencoba menggunakan teleportasi tetapi, sihir mereka malah terpantul kembali. Mau tak mau para penyihir akhirnya pasrah, dan memberikan pelindung kepada Jayden. "Sepertinya hanya Pangeran ketiga saja yang bisa keluar dari sini. Baiklah, Pangeran maaf jika kami menyusahkanmu, tapi hanya kau saja yang bisa diandalkan untuk mengobati rakyatmu."
"Kami sebenarnya tak punya niat untuk mengobati orang-orang sombong, apalagi yang sudah mengunci kami di sini."
Jayden langsung tersenyum, dan berkata, "Tenang saja, setelah aku mendapatkan penawar, rakyat pasti akan membelaku, dan aku akan melepaskan ikatan pada mansion kalian. Jadi, kalian tak perlu khawatir."
Ucapan Jayden membuat semua penyihir tersenyum lebar, kecuali Sena yang hanya diam memikirkan sesuatu. Sena mengernyitkan kening, melihat sebuah rantai melingkar ke sekeliling mansion. Semua penyihir kesulitan melewatinya, tetapi anehnya jari jemari Sena bisa menembus rantai itu. "Aneh, kemarin sihirku tersegel, tapi sekarang? Aku sepertinya bisa melewati rantai ini."
Sena berjalan ke depan, dan benar saja dia bisa melangkah dan berdiri tepat di samping Jayden. Hal itu membuat Sena semakin mengernyitkan kening, berbeda lagi dengan para penyihir yang langsung bersorak. Sementara sebagian lainnya berkata, "Nona Sena juga bisa keluar! Bagaimana Anda melakukannya, Nona?"
Sena terdiam, lalu menatap ke atas langit. Tepat di sana, matahari bersinar sangat terang, begitu pula dengan kepercayaan diri Sena yang meningkat seiring berjalannya waktu. "Ini sepertinya bagian dari sistem permainan juga. Atau... permainannya mungkin saja sedang mengalami gangguan lagi. Tapi tidak masalah, setidaknya dengan ini aku bisa turut serta membantu Jayden."
Sena melirik ke arah Jayden, lalu meminta izin kepada para penyihir, "Aku akan membantu Jayden untuk mendapatkan bunga itu, bolehkah?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...