Jika dulu Stefan mengibaratkan Sena sebagai kabut hitam, sekarang hanya ada satu perumpamaan yang Stefan berikan. Matahari. Sinar dan kehangatannya mampu mencairkan hati Stefan yang membeku. Namun, ketika Stefan mulai menaruh rasa kagum terhadap Sena, dia kembali terserang kutukan takdirnya.
"Sampai kapan aku terjebak di tengah-tengah seperti ini?" tanya Stefan bimbang.
•••
Setelah mandi, makan, dan beristirahat sebentar. Sena akhirnya meneruskan perjalanannya bersama Jayden dan juga Stefan. Meskipun Jayden tak menganggap Stefan sebagai saudara lagi, tetapi Jayden akhirnya mau bekerja sama dengan Stefan. Itu pun atas bujukan dari Sena. "Kalian memiliki tujuan yang sama, jadi untuk apa melakukannya sendiri-sendiri? Ada baiknya, jika kita membantu satu sama lain."
"Tak perlu ada persaingan lagi," kata Sena dengan senyuman lebar.
Mau tak mau, Jayden mengangguk. Berbeda lagi dengan Stefan yang tersenyum kecut, kemudian melirik ke arah lain. Sepanjang perjalanan, lagi-lagi Stefan tak banyak bicara. Berbeda lagi dengan Sena yang tak henti-hentinya mengomentari pegunungan yang dia injak. Lalu Jayden ikut menambahkan komentar.
Setelah melewati perjalanan panjang, akhirnya puncak gunung menyambut kedatangan Sena. Cahaya matahari mungkin sudah meredup, karena sang surya sudah turun dari langit. Namun, senyuman dan kebahagiaan Sena membuat cahaya di sekitar puncak gunung masih terasa sangat hangat.
Sena melompat gembira, lalu melangkah menuju kumpulan bunga matahari kristal. Matanya berbinar, ketika melihat satu persatu bunga yang bermekaran dengan warna kuning menyala. "Ini seperti bunga matahari sungguhan, tapi bijinya diubah menjadi kristal-kristal lucu."
Sena tak sabar untuk memetik bunga matahari, dan menjadikannya sebagai obat. Namun, Stefan tiba-tiba menahan tangan Sena untuk menyentuh bunganya lebih lanjut. Jelas saja, Sena mendengkus kemudian berkata, "Aku tidak akan membakarnya! Kau tak perlu khawatir, apalagi sampai memfitnahku segala!"
Stefan menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia melepas tangan Sena, lalu menjelaskan, "Jangan dulu menyentuh bunganya, sebelum kita menyiram dan membersihkannya dengan air."
"Meskipun bunganya seperti bunga biasa, tapi tanaman ini mengandung embun racun. Selain itu, bunganya juga membeku dan ujungnya sangat tajam," jelas Stefan.
Sena memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia melirik ke arah Jayden, lalu Jayden menarik bahu Sena ke sampingnya. Jayden berkata, "Apa yang dikatakan Stefan memang benar. Bunganya cukup berbahaya, jadi Sena berdirilah di belakangku. Aku tak mau, kau berdiri terlalu dekat dengan sumber bahaya."
Jayden melirik tajam ke arah Stefan, begitu pula dengan Stefan yang memberikan tatapan tak bersahabat kepada Jayden. Sena yang berada di antara keduanya, merasakan bulu kuduknya merinding tiba-tiba. Dia melirik ke kiri, lalu ke kanan, baru kemudian bertanya, "Apa yang kalian berdua pikirkan saat ini? Dibanding saling memberi tatapan bermusuhan seperti ini, lebih baik kita segera mengambil bunganya saja."
"Kau, Sena. Kami sedang memikirkanmu," jelas Jayden.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...