"Pangeran? Apa yang terjadi dengan Anda? Anda membutuhkan bantuan?" tanya salah satu pengawal.
"Ini pasti ulah nyanyian beracun penyihir itu! Seharusnya Anda menutup kuping sejak awal!" lanjut pengawal.
Ketika para pengawal mulai panik, Stefan menghentikkan langkah mereka. Dia menggelengkan kepala, dengan mata berkaca-kaca. Meskipun dadanya terasa sesak, dan Stefan sangat membenci Sena. Namun, Stefan tak berniat untuk membuat keributan di mansion Sena. Dia malah memegangi dadanya, kemudian berkata, "Tidak. Ini bukan salah nyanyian penyihir."
"Sebaiknya aku segera pulang ke istana, dan menemui Selena. Aku harus berada di dekatnya," ucap Stefan lalu pergi meninggalkan nyanyian Sena, yang belum selesai dia dengarkan.
•••
Satu persatu cara dilakukan Sena untuk menjauhkan Stefan dari Selena. Selena memang berhasil menjauh, tetapi tidak dengan kedatangan Hiro. Meskipun Sena pernah membuat kekacauan dengan menghancurkan mahkota Selena, tetapi Hiro tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sedikit pun.
Sena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah tampil dengan gaya rambut baru, banyak orang yang mulai mendekatinya. Namun, orang-orang itu hanya mendekatinya sebentar. Karena setelah Sena tersenyum, para penyihir memunculkan diri, dan membuat orang-orang menjauh dari Sena kembali.
Hal itu membuat Sena mendengkus. Di dunia nyata dia dikucilkan karena berasal dari keluarga menengah ke bawah. Lalu di sini? Sena dijauhi karena cap penyihir jahat. "Kapan aku bisa berteman baik dengan orang-orang itu?"
Ketika Sena bersedih, para penyihir datang menghampirinya. Wanita-wanita itu mencoba untuk menghibur Sena, meskipun pada akhirnya mereka meninggalkan Sena, ketika Jayden mendekat ke arahnya. Salah satu dari mereka berpesan, "Nona, terima saja perasaan Pangeran kedua! Kalau bisa manfaatkan cintanya!"
Sena ingin melempar batu ke arah penyihir yang meledeknya. Namun, sebelum Sena melempar, para penyihir itu sudah lebih dulu menghilang. Mereka meninggalkan Sena bersama dengan Jayden yang tersenyum tipis.
Dari senyuman Jayden, mata rubah Sena menduga jika dia akan membahas tentang perasaannya pada Sena. Namun, karena Sean yang berada di dalam tubuh Sena, jelas saja Sean tak bisa menerima perasaan Jayden padanya.
Sena berdeham, untuk mengusir kecanggungan di antara keduanya. Setelah itu dia tersenyum kikuk, dan menjelaskan, "Maafkan ak---"
Belum sempat Sena meminta maaf, Jayden tiba-tiba berkata, "Tidak perlu meminta maaf. Aku yang seharusnya meminta maaf, karena membuatmu tak nyaman."
Ternyata Jayden tahu apa yang sedang Sena alami. Sena ingin menjelaskan, tetapi Jayden tiba-tiba berkata, "Sejujurnya aku ingin berterima kasih padamu."
"Berterima kasih, untuk apa?" tanya Sena tak mengerti.
"Kau sudah membantuku terlepas dari jeratan hukum kerajaan," balas Jayden dengan senyuman tipis.
Sena semakin mengernyitkan kening, dengan mata rubah menyipit. Dia tak tahu apa yang dimaksud Jayden, oleh karena itu Jayden berkata, "Sejak lahir, para pangeran terhubung untuk melindungi dan mencintai Selena."
"Berada didekat Selena membuat kami tenang, tetapi jika kami mulai menaruh rasa pada gadis lain, kami akan mengalami sakit yang luar biasa."
"Dengan artinya, kami hanya bisa melayani Selena saja," jelas Jayden.
Sena tersentak mendengar apa yang Jayden katakan. Permainan ini menyuruh Sena untuk mendekatkan Hiro dan Selena. Namun, ternyata? Para tokoh dipaksa mencintai Selena, untuk memenuhi perannya. Jika begini, bagaimana bisa Sena mengakhiri permainan ini?
Sena sudah merasakan lututnya bergetar. Namun, Jayden tiba-tiba berkata, "Tapi... karena pesonamu, aku bisa terbebas dari kutukan ini. Oleh karena itu, aku ingin berterima kasih kepadamu, Sena."
Jantung Sena berdetak kencang, dengan wajah memanas. Dia berhasil melepas ikatan Jayden pada Selena. Namun, kenapa sekarang dia sendiri yang menjadi pengganti Selena? Hal itu membuat Sena menurunkan sudut bibirnya, dengan mata rubah berkaca-kaca. "Kenapa jadi begini? Meskipun tubuhku seorang gadis, tapi jiwaku---"
Sena mengakhiri ucapannya, ketika Jayden mengambil sebuah cincin dan menaruhnya di telapak tangan Sena. Pangeran itu berpesan, "Mau kau menerima perasaaanku atau tidak, tapi aku ingin kau mengetahui perasaanku, Sena."
"Pakai ini, jika kau ingin menjadi pendampingku, dan buang ini jika kau tak sudi menjadi pendampingku," jelas Jayden sebelum berpamitan dan menghilang dari pandangan Sena.
"Hah? Apa ini?" Sena melihat ke arah cincin yang diberikan Jayden. Meskipun Sena sudah beradaptasi dengan tubuh barunya. Tetap saja, dia merasa aneh dengan semua tingkah Jayden padanya. Rasanya, Sena ingin menangis dan berteriak seperti orang gila. Semakin lama tinggal di dalam permainan ini, semakin Sena lupa cara bersikap sebagai Sean.
"Aku harus bagaimana?"
Sena bertanya pada dirinya sendiri, dengan nada putus asa. Dia bingung harus bertanya kepada siapa, dan tugas apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Namun, ketika Sena terus berpikir tiba-tiba langkahnya terhenti melihat Selena sedang menyuapi Stefan di taman sekolah.
Keduanya tampak serasi, meskipun tawa yang dikeluarkan keduanya adalah tawa palsu. Semakin mereka berdekatan, semakin Sena merasakan dadanya berdenyut nyeri. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, tetapi Sena merasakan rasa panas menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tanpa sadar, sebuah sinar muncul dari tangan Sena. Sinar itu terus membesar, sampai membentuk bola cahaya matahari yang menyilaukan mata. Akibatnya, mata Sena tertutup tak bisa melihat apa pun. Tangannya refleks membuang sinar itu sembarang arah.
Sena tak tahu, ke mana dia membuang sihir yang tiba-tiba muncul itu. Namun, yang pasti Selena berteriak, dan Stefan berada di depannya untuk membantu Selena menghindari bola cahaya sihir Sena. Selena berjerit, melihat Stefan terkena sihir Sena, sampai akhirnya pangeran itu berlutut, dengan tangan menyentuh mata.
"Stefan! Stefan! Stefan!"
Sena tak tahu apa yang baru saja terjadi, karena kelopak matanya tertutup beberapa menit. Lalu ketika dia membuka matanya, semua orang sudah datang menghampiri Stefan. Mereka menolong, sekaligus bertanya-tanya apa yang telah terjadi kepada Selena.
Mata Selena berkaca-kaca. Tetes demi tetes air mata, membuat semua orang bersimpati kepada Selena. Apalagi ketika Selena menunjuk ke arah Sena, kemudian menuduh Sena di depan semua orang. "Sena berusaha untuk mencelakaiku dengan sihirnya, tetapi Stefan melindungiku dan terkena sihir Sena."
"Aku tahu, aku tak sehebat Sena dalam menggunakan sihir. Akan tetapi, apakah menyerang sembarangan sampai salah sasaran, adalah hal bagus?" tanya Selena dengan air mata mengalir menuju pipi.
Sena menggelengkan kepala. Sumpah, Sena tak bermaksud untuk menyakiti Selena. Tangannya bergetar, ketika melihat semua orang di sekolah menatapnya dengan tatapan tak bersahabat. Beberapa dari mereka berdecih, kemudian memanggil para pengawal untuk menangkap Sena.
"Tangkap saja penyihir tak tahu diri itu!"
"Kupikir dia sudah baik, tapi ternyata? Kelakuannya masih tetap sama!"
"Dia penyihir tak tahu malu!"
"Pasti dia iri dengan kedekatan putri Selena dan Pangeran Stefan!"
"Kasihan sekali putri Selena, harus mempunyai saudara jauh, penyihir jahat seperti Sena."
Sena ditangkap, tanpa menjelaskan apa yang terjadi. Semua orang lebih percaya pada Selena dibanding Sena. Sementara Sena sendiri terus mencoba melepaskan diri, sampai pengawal memasang sebuah borgol anti sihir di tangannya. Semua orang menghina dan menatap tajam ke arah Sena. Sementara Selena sendiri, menghapus air matanya dengan tatapan yang tak bisa diartikan kepada Sena.
"Ini tidak benar! Aku tidak bermaksud mencelakai Stefan!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...