Stefan berdecak, dan membalas, "Aku tak pernah menyuruh penyihir si*alan sepertimu untuk membantuku. Dan aku juga tak bisa tinggal diam, melihat penyebab rakyatku menderita ada di depan mataku."
"Aku tak tahu, tujuanmu menebarkan penyakit pada rakyatku apa, tapi kau pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatanmu. Penyihir menjijikan," jelas Stefan.
Sena berniat untuk mendekat, dan menjelaskan jika dirinya tak tahu penyebab dari penyakit ini. Namun, Stefan sendiri malah memajukan pedangnya, dan memundurkan langkahnya. Stefan berkata, "Jangan dekati aku, penyihir si*alan! Cukup jelaskan di sana, tak perlu maju ke depan!"
Sena mengepalkan kedua tangannya erat-erat. "Pangeran keras kepala, tetaplah kepala es batu. Mau aku melakukan kebaikan apa pun, semua usahaku tak berharga di matanya. Matanya sekarang bisa melihat, tetapi mata hatinya masih tetap buta."
Stefan tak mengerti apa yang Sena katakan. Sementara Sena sendiri tak ambil pusing dengan ancaman Stefan. Dia menundukkan kepala, lalu berlari melewati Stefan. Dia hanya berpamitan kepada kuda, tanpa mempedulikan ancaman Stefan. "Kuda, aku pergi menyusul Jayden dulu. Kau, tinggal diam di sini, dan jangan mencoba untuk kabur! Jika lapar, makan saja makanan yang sudah aku siapkan!"
Sena menaiki gunung di depannya, hal itu membuat kening Stefan mengernyit. "Jayden? Berarti Jayden memang pergi ke sini, bersama penyihir itu? Apa sebenarnya penyihir itu berniat untuk melenyapkan bunga penawar, oleh karena itu dia ikut mencari bunganya?"
"S*alan, ini tak bisa dibiarkan!"
Stefan ikut naik ke atas gunung, kemudian mengejar-ngejar Sena. Hal itu membuat Sena merasa geram sendiri. Dia ingin menggunakan sihirnya, tapi takut sihir itu kembali salah sasaran lagi. "Penyihir si*alan! Aku tak akan membiarkanmu menghancurkan bunga penawar!"
"Menghancurkan bunga penawar? Apa maksudmu?" tanya Sena.
Sena berdecak, sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia mendengkus, lalu bergumam, "Sepertinya pemuda itu memang tak bisa berpikir positif tentang diriku sebentar saja. Kenapa dia malah berpikir jika aku akan menghancurkan bunganya?!"
Sena terus berlari, lalu berteriak, "Aku tidak akan menghancurkan bunganya! Aku hanya ingin membantu Jayden mendapatkan bunga itu, sekaligus menolong rakyatmu!"
"Kenapa kau tidak mengerti juga?!" tanya Sena.
"Bagaimana bisa aku percaya pada penyihir yang keluar dari perbatasan mansion, padahal pengawal kerajaan sudah memasang batas sihir?! Kau melanggar hukum!" jelas Stefan
Sena berdecak, dan memberitahu, "Jika aku tidak keluar, maka Jayden pasti akan kesulitan mendapatkan bunganya! Dibanding memikirkan tentang hukum, lebih baik pikirkan tentang keselamatan rakyatmu dulu!"
"Berhenti!" perintah Stefan.
Sena telanjur kesal dengan semua tuduhan Stefan kepada dirinya. Penyihir itu tak menuruti perkataan Stefan sedikit saja, dan melanjutkan pencariannya terhadap Jayden. Sena memanggil, "Jayden! Jayden!"
Semakin Sena naik, semakin dia kesulitan untuk berlari. Bagian tanah pada gunung yang diinjak, sebagian lembab oleh air hujan. Oleh karena itu, Sena sekarang kesulitan untuk melangkahkan kakinya. "Ck, seandainya saja aku bisa menggunakan sapu terbang, mungkin kakiku tak perlu repot-repot bergerak di tanah licin seperti ini."
Sena mengernyitkan kening, setelah itu dia menebak, "Sepertinya ini juga menjadi alasan Jayden tak pulang-pulang. Di mana sekarang Jayden? Apa dia baik-baik saja?"
Pikiran Sena tak bisa berkonsentrasi. Dia terus memikirkan keselamatan Jayden, hingga akhirnya Stefan berhasil menangkap pinggangnya dari belakang. Sena tersentak kaget, sampai kakinya tak sengaja menginjak bagian terlicin dari tanah di sekitarnya.
Spontan, alih-alih berhasil menangkap Sena, Stefan malah ikut menginjak tanah yang basah. Keduanya tergelincir, dan merosot ke tanah. Namun, Stefan tak melepas pegangannya pada Sena. Dia tak sadar menarik Sena ke dalam pelukannya, lalu menjadikan tubuhnya sebagai pendaratan ketika Sena jatuh ke tempat yang lebih rendah.
Kini, Sena berada tepat di atas Stefan. Pendaratan ini membuat Sena teringat, saat dirinya jatuh dari kuda bersama Stefan, dengan posisi akhir Stefan yang mengukung tubuhnya. Mengingat-ingat kejadian itu membuat Sena tanpa sadar menutup bibirnya dengan telapak tangan. Dia tak ingin kejadian dulu terulang lagi, saat bibirnya mendarat di bibir Stefan.
Sementara Stefan sendiri, masih merasakan sakit, karena tubuhnya menjadi pendaratan Sena. Dia tidak melepas pelukannya pada Sena, kemudian menatap Sena yang berada tepat di atas tubuhnya.
Dekat, hampir tak memiliki jarak. Stefan menghirup aroma yang sama dengan orang yang sudah mengobati matanya. Selain orang itu, Stefan juga berhasil mengenali sorot mata yang tertutup oleh helaian rambut.
Jika dulu rambutnya panjang, dan Stefan kehabisan waktu untuk menyibak rambutnya. Maka sekarang, Stefan bisa melihat jelas wajah Sena, hanya dengan satu kali sibakan saja. "Lepaskan aku," kata Sena.
Stefan menarik pinggang Sena untuk semakin dekat dengannya. Dia hampir mempertemukan bibirnya dengan bibir Sena, jika Sena tidak menutup bibirnya dengan telapak tangan.
Stefan berkata, "Jadi kau orang yang selama ini aku cari?"•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...