❐⛓25. Ketulusan (1)

315 69 12
                                    

Syarat update chapter selanjutnya:
20 vote + 5 komen dari akun yang berbeda.

Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞

•••

"Pangeran kedua, S*alan! Berani sekali kau datang ke tempat kami!"

"Kau mungkin bisa masuk, tapi tak akan keluar dengan nyawa yang masih utuh!"

"Keturunan biru sepertimu seharusnya dihabisi dalam satu kali tusukan saja! Dasar munafik!"

Tiga ujung belati berada tepat di depan Stefan. Begitu pula dengan sepuluh anak panah, dan tongkat sihir dari penyihir yang berbeda-beda. Mereka semua berniat menghabisi Stefan tanpa ampun. Namun, karena Stefan membawa Sena dalam gendongannya, para penyihir terpaksa menghentikkan serangan mereka.

Sorot mata yang dipenuhi kebencian berubah menjadi mata berair. Para penyihir menarik sudut bibirnya ke atas, kemudian memanggil, "Nona Sena! Nona Sena! Nona Sena akhirnya datang!"

"Syukurlah Anda baik-baik--- Tunggu, jika Nona Sena digendong pemuda si*alan ini, pasti... kaki Nona Sena terluka!" teriak salah satu penyihir, ketika melihat cairan merah bertetesan dari kaki Sena.

Sena merotasikan mata, kemudian meminta, "Baiklah. Teriaknya nanti saja. Sekarang, tolong minggir dan beri aku jalan. Kakiku perlu pengobatan."

Tanpa banyak membantah, para penyihir langsung menurunkan senjata mereka. Tak ada satu pun penyihir yang menghalangi jalan Sena. Mereka semua mengernyitkan kening, kemudian membimbing Stefan untuk menempatkan Sena di tengah ranjangnya.

"Hati-hati, jangan biarkan Nona Sena menabrak tembok mansion atau pun benda-benda yang ada di sini, sedikit pun!"

"Kau harus memastikan kenyamanan Nona Sena saat sedang menggendongnya!"

"Percepat langkahmu!"

"Jangan biarkan Nona Sena terjatuh!"

"Turunkan Nona Sena secara perlahan!"

"Kami semua mengawasimu."

Mata rubah Sena menatap tajam ke arah para penyihir. Dia tahu, jika para penyihir mempedulikan keselamatannya. Namun, tetap saja Sena tak nyaman jika terus dibuntuti dan diperhatikan. Bahkan, ketika Stefan sudah menurunkan Sena di atas ranjang pun, Sena tak bisa beristirahat dengan tenang.

Tepat setelah Sena melepaskan tangannya pada leher Stefan, para penyihir kembali menyerang Stefan. Mereka semua sudah bersiap untuk membalas dendam, tetapi Stefan tiba-tiba bersuara, "Maafkan aku. Kalian bisa menghukumku, setelah aku bertanggung jawab pada luka yang dialami Sena."

"Jika bisa, tolong berikan aku kotak obat atau apa pun yang bisa menyembuhkan Sena terlebih dahulu," pinta Stefan.

Para penyihir langsung tertawa mendengar ucapan Stefan. Salah satu dari mereka mendekati Stefan, lalu menunjuk Stefan dengan menggunakan ujung belati. Dia berkata, "Kau berniat mengobati Nona Sena?"

"Cih! Ke mana saja kau selama ini, setelah menolak dan melukai perasaan Nona Sena?!"

"Apa kau tak pernah sekali pun mempedulikan perasaan tulus Nona Sena?"

"Karenamu, Nona Sena hampir bun*h diri di tengah sungai! Karenamu juga, Nona Sena amnesia dan melupakan sebagai besar ingatannya!"

"Lalu sekarang? Kau tiba-tiba datang, membawa Nona Sena ke sini, dan menawarkan bantuan?"

"Pangeran, apa kau berniat untuk memperdaya Nona kami lagi? Dia mungkin b*doh karena cinta, tapi kami semua akan melindunginya sebisa kami!" jelas salah satu penyihir.

Ucapan para penyihir membuat mata Sena berkaca-kaca. Entah berapa banyak penolakan yang diberikan Stefan, sampai membuat para penyihir geram sendiri. Namun, entah kenapa, Sena merasa tak enak hati melihat para penyihir yang biasanya mengomel padanya, sekarang membelanya di hadapan Stefan.

Ada rasa bersalah yang timbul di hati Sena, padahal yang berulang kali mendapatkan penolakan Stefan bukanlah Sena yang saat ini ada di dunia ini. "Meskipun para penyihir dicap wanita terkutuk, tapi mereka menyayangi Sena tanpa batas."

Stefan terdiam, kemudian menundukkan kepala. Dia tiba-tiba menjatuhkan lututnya tepat di hadapan semua penyihir. Setelah itu, Stefan mengaku, "Maaf, jika sebelumnya aku mengabaikan dan bersikap seenaknya terhadap Sena. Aku melakukan hal seperti itu, karena masih terjebak dalam rantai kutukan kerajaan."

"Tapi sekarang, karena aku sudah terbebas, dan mengetahui fakta yang sebenarnya, aku ingin meminta maaf pada kalian semua, sekaligus memperbaiki kesalahanku," ucap Stefan.

Beberapa penyihir berbisik-bisik. Mereka mengamati Stefan dari bawah hingga atas, lalu melihat ke arah Sena yang saat ini terdiam tanpa suara. Para penyihir bertanya kepada Sena, "Nona Sena bagaimana pendapat Anda? Apa Anda ingin kami menghabisi manusia yang satu ini?"

Sena tak menjawab, dan para penyihir kembali memanggilnya. Satu panggilan, dua panggilan, tiga panggilan, empat panggilan, bahkan lima panggilan terlewat tanpa jawaban. Sena masih memandang kosong ke depan, sampai akhirnya salah satu penyihir menepuk bahunya. "Nona Sena?"

"Bagaimana?" tanya para penyihir ketika Sena sudah melirik ke arah mereka semua.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang