❐⛓13. Abu Kertas (2)

560 100 4
                                    

Sena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia tak tahu, harus mencari tahu cara penyembuhan Stefan ke mana lagi. Oleh karena itu, Sena membujuk, "Aku... aku... aku sebenarnya ingin melatih kekuatan sihirku, dengan mengobati Stefan."

"Jika Stefan sembuh, mungkin saja... hukumanku akan dicabut, dan kita bisa pergi ke mana-mana, tanpa takut ditangkap pengawal, bukan?"

Para penyihir menatap tajam ke arah Sena. Setelah itu mereka berkata, "Sebenarnya kami tak takut, jika ditangkap pengawal. Tapi... sepertinya kami harus memberikan kesempatan pada Anda untuk mendapatkan pelatihan sihir."

"Baiklah. Sehabis dari sini, kita akan langsung belajar," jelas penyihir itu.

Awalnya Sena senang, karena para penyihir mau membantunya. Setelah sampai di mansion, mereka mengajak Sena pergi ke ruang dengan rak buku besar, yang tersusun rapi.

Di setiap sudut ruangan, Sena pasti menemukan sebuah buku mantra kuno yang menempel atau bahkan terbang di dinding. Semuanya membuat Sena kagum, apalagi melihat cahaya warna-warni terbang membentuk gelembung sihir. "Perpustakaan ini besar sekali."

Penyihir di samping Sena tersenyum, dan menepuk bahu Sena. Dia berbisik, "Ya. Perpustakaan ini sangat besar, dan Anda harus mencari mantra penyembuhan di tumpukan buku-buku ini."

Sena langsung menurunkan sudut bibirnya, dengan kening mengernyit. "Mencarinya, di antara tumpukan buku-buku ini?! Aku harus memeriksa satu persatu? Begitu juga dengan buku sihir yang terbang ke sana dan ke sini?"

Pertanyaan Sena dibalas senyum lebar sang penyihir. Penyihir itu berbisik, "Itu hal mudah untuk penyihir kekuatan atas seperti Anda. Anda tinggal menggunakan sihir matahari, supaya buku yang Anda mau menurut pada Anda, dan menunjukkan diri."

Sena meneguk ludahnya sendiri. Untuk mengendalikan sihirnya saja dia kesulitan. Apalagi untuk memanggil buku dengan cara yang tak dia ketahui. "Sepertinya, akhir-akhir ini sihirku tak mau bekerja sama denganku. Bisakah kalian membantuku?" tanya Sena.

Para penyihir mengangguk, lalu memberitahu, "Baiklah. Kami akan membantu, tapi hanya sebatas contoh untuk belajar saja. Sedangkan buku yang Anda cari, harus berhasil Anda temukan sendiri."

Sena mengangguk, dan memperhatikan cara para penyihir memanggil buku yang mereka mau. Mereka hanya menutup kelopak mata, bergumam tentang apa yang mereka mau, lalu mengepalkan tangan dan menggoyang-goyangkannya beberapa saat.

Secara ajaib, buku yang mereka mau sudah berada tepat di atas tangan.

"Cobalah, Nona," ajak salah satu penyihir.

Melihat para penyihir memanggil buku, Sena rasa hal itu mudah dilakukan. Oleh karena itu, Sena percaya dirinya bisa mendapatkan buku yang dia mau. Benar saja, setelah meniru para penyihir buku yang Sena inginkan, tiba-tiba terbang dan jatuh ke telapak tangan Sena.

"Berha---" Sena ingin merayakan keberhasilannya, tetapi tidak dengan buku yang saat ini langsung kabur dan terbang ke sana ke mari meminta perhatian Sena.

Para penyihir tertawa melihat buku itu terbang, mengajak Sena untuk bermain. Sementara Sena sendiri mengepalkan kedua tangannya. Dia berkata, "Kenapa malah terbang lagi? Ke mari kau! Atau kukutuk menjadi abu kertas!"

Salah satu penyihir menyarankan, "Sebaiknya Anda kejar dan tangkap buku itu, Nona. Dia adalah tipe buku yang senang menjaili pemiliknya. Tapi, jika Anda berhasil menaklukannya, dia akan membantu Anda."

Sena merotasikan mata, melihat buku terbang yang menari-nari di atas rak, seolah-olah meledek penyihir tak bisa terbang di bawahnya.

"Susah didapatkan, seperti mendapatkan kepercayaan si es beku itu!" gerutu Sena.

Mengejar, berlari, terbang, melompat. Semua kegiatan itu dilakukan Sena tanpa banyak mengeluh. Sena terbiasa berjuang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Oleh karena itu, Sena terus berusaha sampai akhirnya dia menggapai buku mantra setelah meloncat-loncat di perpustakaan.

"Akhirnya aku mendapatkanmu!" gumam Sena dengan senyuman lebar.

Buku itu terbuka, memancarkan cahaya matahari yang berkilauan. Ketika satu lembar terbuka sedikit demi sedikit, Sena tak bisa mengedipkan matanya. Ada banyak bahasa kuno, yang anehnya bisa dia pahami tanpa harus diterjemahkan oleh para penyihir. Begitu pula, dengan lembaran berisi pengobatan yang langsung memunculkan diri.

"Usahaku tidak sia-sia," gumam Sena.

Sena membaca sedikit demi sedikit. Matanya menatap serius ke arah buku, dengan bibir yang berkomat-kamit membaca mantra. "Sinar matahari, menjadi sinar alami yang membantu manusia melihat dunia."

"Tanpa ada cahaya, manusia hanya bisa melihat warna hitam."

"Cahaya matahari penting dan berguna untuk penglihatan."

"Tapi, cahaya matahari juga mengandung sinar ultraviolet. Jika manusia terpapar sinarnya, manusia bisa mengalami gangguan pada mata, tapi tidak secara instan membuat kebutaan."

Membaca buku sihir, membuat Sena mengeluarkan napas panjang. Sena berkata, "Ini seperti pelajaran di sekolah. Kupikir, dalam dunia permainan ini, tak akan ada hal berbau pelajaran seperti ini."

Setelah Sena selesai membaca, Sena menarik kesimpulan, "Sihir matahariku tak mungkin membuat mata Stefan buta instan begitu saja. Sepertinya ada seseorang yang merangsang sihirku supaya melebihi batas."

Sena berpikir beberapa saat, lalu mengambil kesimpulan. "Ini pasti ulah sistem dari permainan ini! Karena aku tak berniat untuk menyakiti Selena, mereka yang langsung bertindak, supaya aku disalahkan! Cih, menyebalkan!"

Sena menggerutu dan mengumpat pada sistem permainan yang ada. Setelah itu, dia tiba-tiba merasakan tepukan di bahu, bersamaan dengan suara Jayden di samping telinganya. "Siapa orang yang membuatmu disalahkan?" tanya Jayden.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang