Syarat update chapter selanjutnya:
20 vote + 5 komen dari akun yang berbeda.Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞
•••
Sena terdiam beberapa saat. Setelah dia menghanguskan kedua pedang Jayden dan Stefan, Sena baru sadar jika kedua benda itu masih dipakai di saat-saat seperti ini. Dia menepuk kepalanya sendiri, lalu berdecak. "B*doh ... Seharusnya aku tak menggunakan kekuatan untuk menghentikkan mereka. Sekarang, tak ada lagi senjata yang bisa diandalkan selain sihirku sendiri."
Sena memfokuskan diri untuk memakai sihirnya kembali. Meskipun tubuhnya mulai terasa letih, karena menggunakan sihir terlalu sering---tanpa istirahat yang cukup---tapi Sena berhasil melenyapkan tanaman yang ada di tengah jalan, lalu berkata, "Ayo segera pergi, sebelum tanamannya tumbuh lagi. Kita tak memiliki banyak waktu."
Jayden menuruti ucapan Sena, kemudian berlari sekaligus menarik kuda untuk ikut berlari. Stefan juga menuruti ucapan Sena, dan berlomba-lomba berlari bersama Jayden. Sementara Sena sendiri malah berhenti di tengah jalan. Penyihir itu melihat salah satu pengawal yang tertinggal dan meminta bantuan.
"Para pengawal sudah pergi, tapi mereka meninggalkan kawannya seperti ini?" Sena memilih untuk menolong orang di tengah tanaman rambat. Dia menarik tubuh pengawal itu untuk melepaskan diri, sekaligus menghanguskan tanaman yang menahan tubuhnya.
"Ayo pergi."
Jayden dan Stefan yang telah melewati tanaman rambat tersenyum lebar. Keduanya lalu mencari-cari Sena, dan baru sadar jika Sena masih berada di tengah-tengah tanaman rambat. "Sena?!"
Sena berlari, sekaligus memapah orang yang baru dia temui. Penyihir itu menggunakan sihirnya untuk menyelamatkan diri. Namun, karena Sena terlalu lelah, Sena tak fokus dan kakinya menginjak senjata bekas para pengawal. "Si*al. Aku tak bisa menghasilkan cahaya lagi, dan kakiku malah terluka."
Sena mendengar suara tanaman rambat yang bergerak di belakangnya. Mau tak mau, demi keselamatan orang yang ada di sampingnya, Sena mendorong orang itu untuk sampai lebih dulu melewati tanaman rambat. Sementara Sena, berbalik dan menggunakan sihirnya yang tersisa untuk melindungi dirinya sendiri.
"Kumohon, jangan menghilang sekarang sihir," gumam Sena. Sena kehabisan tenaga, dia hanya bisa menyilangkan tangan di atas kepala, sembari menutup kelopak matanya kuat-kuat. Lututnya bergetar, kakinya terus mengeluarkan cairan merah, dan Sena menahan rasa perih di telapak kaki.
Kelopak mata Sena tertutup rapat, bibirnya berkomat-kamit. Lalu detik kemudian, Sena tak merasakan kakinya menapak di tanah lagi. Ada sebuah lengan yang melingkar di pinggangnya, sebelum akhirnya menggendong dan membawa Sena melarikan diri.
Di bawah sinar rembulan, Sena membuka kelopak matanya. Dia mendongak, dan memeriksa orang yang saat ini tengah menggendong tubuhnya. Helaian rambut pemuda itu berkibar-kibar tersapu angin malam. Bibirnya terbungkam rapat, dengan pandangan fokus ke depan. Meskipun dia tak bertukar sapa, atau menanyakan keadaan Sena, tapi Sena tahu jika pemuda di depannya peduli terhadapnya.
"Stefan?" gumam Sena sebelum akhirnya menutup mata, karena kelelahan.
Stefan berjalan menuju Jayden. Pemuda itu menarik dan mengeluarkan napas panjang, lalu berkata kepada Jayden, "Bawa kudamu, dan pergi lebih dulu ke istana untuk membawa obat itu."
"Biar aku yang pergi ke mansion penyihir untuk mengobati Sena lebih dulu," kata Stefan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...