"Kami sedang memikirkanmu."
Ucapan Jayden membuat Sena menundukan kepala. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang, baru kemudian mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Entah harus bagaimana cara Sena menyatukan keduanya. Namun, yang pasti Sena langsung mendorong Jayden dan Stefan dari tubuhnya. Dia memperingati, "Cepat bawa bunganya, atau aku tinggalkan di sini!"
Ancaman Sena berarti, Jayden dan Stefan pulang tanpa cahaya di malam hari. Spontan, keduanya langsung maju ke depan, kemudian menyemprotkan air bening ke bunga kristal yang ada di depan mereka. Keduanya bekerja cepat, tanpa banyak bicara. Sementara Sena memperhatikan cara kerja mereka, sebelum ikut meniru apa yang keduanya lakukan.
"Ternyata memetiknya tak semudah yang aku kira," gumam Sena.
Sena memfokuskan diri untuk berhati-hati dalam memetik tanaman di depannya. Sementara Jayden dan Stefan sudah lebih dulu bergerak maju, dan berlomba mendapatkan lebih banyak bunga.
Hal itu membuat Sena menggelengkan kepala, lalu berkata, "Ada bagusnya juga, mereka bekerja sama untuk mendapatkan lebih banyak bunga. Tapi tetap saja, permusuhan mereka masih sulit dihilangkan."
Sena mendengkus, kemudian menundukkan kepala untuk kembali memetik bunga. Dia mengumpulkan bunga-bunga itu ke tanah. Sementara Jayden sendiri, tersenyum lebar setelah mendapatkan banyak bunga. Jayden mencari-cari Sena, setelah itu dia meminta izin, "Sena, aku akan mencari tanaman untuk dibuat sebagai anyaman. Kau tak perlu susah payah memetik bunga lagi, beristirahat dan tunggulah aku di sini."
Sena membuat sebuah bola api, dia kemudian memberikannya kepada Jayden sebagai lampu penerang. Sena memberitahu, "Pakailah ini untuk menerangi langkahmu. Hari mulai gelap, aku takut kau terjatuh lagi."
Perhatian yang berikan Sena membuat Jayden tersenyum bangga. Dia berkata, "Baiklah, terima kasih untuk cahayanya, Matahari."
Kepergian Jayden meninggalkan tanda tanya untuk Sena. Sena mendongak ke atas langit, dia melihat awan berwarna abu mulai melapisi langit. Bunga yang dipetik, sudah banyak yang diambil. Jadi, kegiatan yang Sena lakukan tinggal duduk di bawah pohon yang rindang. Namun, Sena tak kunjung melihat batang hidung Stefan. "Ke mana si Es Batu itu?"
Sena tak ambil pusing, lalu duduk di bawah pohon rindang. Meskipun awan menggelap dan angin dingin mulai melapisi tubuhnya, Sena tetap setia duduk bersandar di bawah pohon. Dia masih memenuhi ucapan Jayden, untuk tetap diam di tempat.
"Jika malam ini hujan, maka aku dan Jayden tak bisa pulang malam ini juga."
"Lalu... kuda! Kuda sewaan mungkin akan melarikan diri karena takut hujan."
"Hah, semua hal merepotkan ini harus aku lalui, karena permainan aneh ini!"
"Aku jadi penasaran, bagaimana keadaanku saat ini di dunia nyata? Apa aku masuk rumah sakit? Atau..."
Sena mengeluarkan napas panjang. Dia mengurut keningnya sendiri, lalu berpikir, "Jika aku kembali, apakah aku masih tetap menjadi bahan bulian para anggota band? Sepertinya, setelah aku jatuh dari rooftop pun, mereka tak memiliki rasa penyesalan sedikit pun."
Sena merenung, tentang dua dunia yang telah dia rasakan. Penyihir itu menatap kosong ke depan. Lamunannya berlangsung beberapa menit, sampai akhirnya Sena merasakan air hujan menetes tepat di atas hidungnya. "Eh? Hujan?!"
"Jayden belum juga kembali, semoga bola apiku masih bertahan. Sementara Stefan? Ke mana pemuda itu? Kenapa dia tidak memunculkan dirinya juga?" tanya Sena kebingungan.
Akhirnya Sena berdiri dari duduknya. Dia melirik ke kiri dan ke kanan untuk mencari Stefan. Awalnya, Sena berpikir jika Stefan sudah lebih dulu pergi meninggalkannya. Namun, setelah dipikir-pikir, Stefan pasti kesulitan membawa bunga. Dia juga akan membuat anyaman untuk membungkus bunga-bunga yang sudah dipetik.
"Stefan?" panggil Sena.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...