Sena dan Jayden terburu-buru menyelusup ke belakang istana. Saat pertama kali masuk istana, Jayden bisa mengarahkan Sena dengan mudah. Namun, saat keluar dari istana, Jayden baru sadar jika dirinya dijebak. Pangeran pertama sudah tahu akan ada penyusup yang masuk lewat bagian terkosong dari istana. Oleh karena itu, Hiro membiarkan sang adik masuk untuk ditangkap, saat ingin keluar.
"S*al, aku kira dia tidak akan memprediksi hal ini," gumam Jayden.
Sena merasakan jantungnya berdetak kencang. Apalagi ketika melihat suara langkah para pengawal berbaju besi, bersamaan dengan suara kuda berlari. Spontan, Sena mengepalkan kedua tangannya. Dia bersiap-siap, menghadapi para pengawal itu. "Jika kita masuk kembali, pengawal akan menangkap kita. Jika kita keluar pun, ada pengawal yang berjaga. Satu-satunya cara adalah menghilang dari tempat ini, dengan menggunakan teleportasi," gumam Sena.
Sena berdecak di dalam hati. Dia sudah mempelajari mantra penyembuhan, tetapi masih tidak bisa menggunakan mantra teleportasi, di saat genting seperti ini. Seluruh tubuh Sena bergetar hebat. Dia tak bisa berpikir jernih, apalagi menggunakan sihirnya secara asal-asalan. Sena takut, sihirnya tak terkendali dan menyakiti orang yang tak bersalah lagi.
Jayden memberi pesan, "Hiro sudah tahu aku ada di sini. Sena, bisa kah kau memanjat dinding ini sendiri? Setelah itu, bersembunyilah di balik tanaman rambat."
"Jangan hiraukan aku, biarkan aku di sini yang menahan para pengawal," tawar Jayden.
Sena langsung memegangi erat tangan Jayden. Dia berkata, "Kau g*la? Kau ingin aku menumbalkan dirimu, setelah kau membantuku seperti ini? Memangnya aku tak punya hati?"
Jayden tersenyum lalu berkata, "Aku seorang Pangeran. Meskipun aku ditangkap, kakakku tak akan memberiku hukuman yang terlalu berat. Mungkin hanya penjara selama sepuluh tahunan."
Sena menggelengkan kepala, lalu memberitahu, "Jika kita bisa masuk berdua, maka kita juga pasti bisa keluar berdua! Kalau kau ditangkap, aku juga ditangkap."
"Apakah ini pertanda bahwa dirimu mulai menerimaku?" tanya Jayden.
Sena menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia menarik Jayden agar memanjat dinding bersama, tanpa mempedulikan suara pengawal. Bagaimana bisa Sena menerima Jayden, jika dirinya sendiri masih memiliki pikiran sebagai Sean? Sean peduli kepada Jayden sebagai seorang rekan, tidak lebih.
"Sepertinya aku harus memberimu sedikit sentilan, supaya kau berhenti mengharapkan perasaan itu," gumam Sena.
Ketika Sena telah sampai di atas dinding lebih dulu, Sena mengulurkan tangannya untuk membantu Jayden. Dia menarik Jayden ke atas, tanpa berniat meninggalkan Jayden semenit pun. Mereka berdua berusaha keras untuk turun dari tembok, meskipun akhirnya beberapa anak panah mulai menyerang keduanya.
"Pangeran ketiga! Pangeran ketiga menyusup ke istana! Pangeran ketiga sudah pulang ke istana!" teriak beberapa pengawal.
Api di dalam binar mata Sena membara, ketika melihat anak panah berterbangan ke arahnya. Langsung saja, Sena menggunakan sihirnya untuk membakar setiap anak panah menjadi abu. Dia meloncat turun dari dinding, bersamaan dengan Jayden.
"Pangeran ketiga! Tunggu! Anda tidak diperbolehkan meninggalkan istana lagi! Apalagi membantu penyihir tak tahu diri itu! Pangeran pertama memerintahkan Anda untuk diam di Istana!" jelas salah satu pengawal.
Jayden tersenyum kecut, dengan napas terengah-engah. Dia diam-diam memegangi erat tangan Sena, lalu bertanya, "Memerintahkanku untuk diam? Memangnya dia siapa, bisa memerintahkanku semaunya? Bukannya dia masih seorang pangeran? Statusnya juga masih sama sepertiku, jadi dia tak seharusnya memerintahkanku."
Sena mengernyitkan kening, setelah mendengar apa yang Jayden katakan. Meskipun Jayden mengatakannya dengan lantang, tetapi Sena bisa merasakan getaran ketakutan pada telapak tangan Jayden. Pemuda itu mencoba untuk tetap tenang, meskipun tahu siapa yang sedang dia lawan.
"Tapi Pangeran, Anda sudah melanggar peraturan kerajaan! Anda telah membantu penyihir itu kabur dari sel tahanan! Padahal, apa yang Anda perbuat, adalah hal yang tidak boleh dilakukan seorang pangeran terhormat!" jelas salah satu pengawal.
Jayden tersenyum kecut, setelah itu dia memberitahu, "Asal kalian tahu, Sena ke sini karena dia ingin meng---"
Belum sempat Jayden mengatakan pembelaannya untuk Sena, tiba-tiba Hiro datang dengan sebuah pedang di tangan. Hiro mengernyitkan kening, melihat Jayden bersama dengan seorang gadis berambut pendek. Hiro memperingati, "Penyihir, tetaplah penyihir. Manusia terkutuk seperti mereka tak bisa dipercaya."
"Tapi kau? Dengan mudahnya percaya, dan bahkan melepaskannya begitu saja," jelas Hiro.
Sena menundukkan kepala, setelah mendengar apa yang Hiro katakan. Namun, Jayden masih setia memegangi tangannya, sembari memberitahu, "Kau bilang manusia terkutuk? Lalu apa bedanya kita dengan mereka? Sejak kita lahir, kita juga dikutuk untuk terus mengabdi pada Selena, bukan?"
"Sena telah membantuku lepas dari kutukan itu, sekarang... aku ingin membalas budinya," jelas Jayden dengan mata menajam ke arah Hiro.
Hiro memelototkan mata. Dia berdecak, dan menarik sebelah sudut bibirnya ke atas. Hiro memperingati, "Jayden, apa matamu sudah buta, karena terus berdekatan dengan penyihir itu?! Mengabdi pada Selena bukan kutukan, tapi sebuah berkah! Bagaimana bisa kau senang karena terbebas dari sebuah berkah?!"
"Memang benar, lingkungan dan orang yang dekat dengan manusia, bisa mempengaruhi manusia itu sendiri. Kau lebih memilih sebuah batu arang, dibanding batu berlian," jelas Hiro tak percaya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...