❐⛓25. Ketulusan (2)

283 76 14
                                    

Syarat update chapter selanjutnya:
20 vote + 5 komen dari akun yang berbeda.

Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞

•••

Sena menundukkan kepala, dan meremas selimut miliknya. Stefan mengakui kesalahannya, dan berniat untuk memperbaiki kesalahannya. Akan tetapi, Sena sendiri merasa bingung dengan jawaban yang akan diberikan Sena yang dulu.

Apa penyihir itu akan memaafkan Stefan? Apa dia akan masih mencintai Stefan meskipun Stefan membuatnya hampir tak waras? Sena langsung menutup telinganya, sembari meremas-remas rambut pendeknya. "Aku tidak tahu! Terserah kalian saja!"

Para penyihir tersenyum lebar, dan menatap tajam ke arah Stefan. Mereka berniat menghabisi Stefan, tetapi lagi-lagi langkah mereka terhenti, ketika Sena memberitahu, "Terserah kalian, jika ingin menghukumnya seperti apa pun juga. Tapi tolong, perhatikan lukaku terlebih dahulu! Sihirku terlalu lemah saat aku kelelahan."

Salah satu penyihir mengangguk, kemudian mengambil kotak obat. Dia menyipitkan mata, dan memberikan kotak itu kepada Stefan. "Baiklah. Jika kau benar-benar menyesal karena sudah melukai Nona Sena, maka obati Nona Sena dengan tanganmu sendiri!"

"Terima kasih," ucap Stefan.

Stefan langsung mengambil kotak obatnya. Dia berjalan menuju Sena, kemudian duduk di ujung tempat tidur. Setelah itu, Stefan mengambil kaki Sena yang terluka, dan mulai membersihkan luka di kaki penyihir itu.

Meskipun awalnya Sena sempat meringis, dan ujung belati penyihir langsung menggores lengan Stefan, akan tetapi pada akhirnya para penyihir mengagumi cara Stefan membalut luka milik Sena.

Pemuda itu melakukannya tanpa terburu-buru, dan memperhatikan cara teraman supaya Sena tidak kesakitan. Oleh karena itu, para penyihir membiarkan Stefan mengobati Sena, sekaligus mengabulkan apa pun yang Sena inginkan.

"Aku benar-benar buta, karena salah menilaimu," bisik Stefan.

Sena menyilangkan tangan di depan dada. Dia membiarkan Stefan mengobati sebelah kakinya, sementara pandangannya sendiri melirik ke arah lain. "Ya, kau memang buta. Mau aku obati atau tidak, sejak awal kau tak bisa melihat kebenarannya."

Stefan tersenyum miris. Setelah membalut luka Sena, Stefan mendongak ke arah wajah Sena, lalu kembali menyentuh kaki penyihir itu. "Tapi sekarang aku sudah tidak buta lagi. Oleh karena itu, kau bisa mengatakan keinginanmu supaya aku bisa menebus dosaku padamu."

Sena mengernyitkan kening. Dia ragu dengan tawaran Stefan, oleh karena itu Sena melihat ke depan Stefan dengan mata rubah menyipit. Penyihir itu memindai Stefan dari bawah hingga ke atas, kemudian memelototkan mata saat menemukan jawaban yang dia inginkan.

Sena tersenyum lebar, dia menjentikkan jari dan  menatap Stefan dengan mata rubah berbinar. "Jauhi Selena. Biarkan dia menikah dengan pangeran Hiro, lal---"

Belum sempat Sena mengakhiri ucapannya, tiba-tiba Stefan menyentuh telapak kakinya. Pria itu menjatuhkan satu kecupan di punggung kaki Sena yang berbalut dengan perban. Setelah itu, Stefan menjawab, "Sesuai keinginanmu."

"Semoga kakimu cepat sembuh, penyihirku," gumam Stefan dengan senyuman tipis.

Stefan mendongak, menatap langsung ke arah mata rubah Sena. Sudut bibir pemuda itu terangkat ke atas, menunjukkan sebuah senyuman tulus, tanpa paksaan sedikit pun. Padahal, Sena sudah sering melihat Stefan tersenyum kepada Selena, tetapi sekarang? Senyumnya berbeda dari biasanya. Ada sebuah sinar hangat, yang mencairkan es beku di hati Stefan.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang