Akira's Note:
Sesuai janjiku karena syarat vomennya terpenuhi, ceritanya diupdate lagi.
Syarat update chapter selanjutnya:
20 vote + 5 komen dari akun yang berbeda.Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞
•••
"Seharusnya dari awal aku tak hanya melukai kakimu saja, tapi langsung melenyapkanmu saja, S*alan! Berani sekali kau menodai Sena!" gertak Jayden.
Satu pukulan jatuh ke pipi Stefan. Namun, setelah dipukul Stefan malah tersenyum tipis. Dia meludah ke tanah, sebelum membalas pukulan Jayden dengan satu pukulan baru. "Akhirnya kau mengaku juga. Sudah kuduga, jika kau memang berniat untuk mencelakaiku!" teriak Stefan.
Pertengkaran tak bisa dihindari. Stefan dan Jayden saling melempar pukulan satu sama lain. Tak ada yang mau mengalah dalam pertarungan itu. Tangan Stefan mengepal kuat meninju ke perut Jayden, lalu Jayden menghindar dan memukul Stefan dari belakang. Keduanya bertengkar tepat di hadapan Sena, yang menarik dan mengeluarkan napas panjang.
Sena menunggu di atas kuda, sembari menatap ke atas langit. Dia meringis mendengar suara erangan dan teriakan yang muncul dari Jayden beserta Stefan. "Sejujurnya aku senang melihat Jayden peduli pada Sena. Tapi sekarang bukannya waktu untuk bertengkar dan saling menyerang satu sama lain. Ada rakyat yang harus diobati."
Sena berpikir beberapa menit. Di hadapannya terdapat dua pilihan. Yang pertama adalah pergi sendiri membawa bunga obat tepat waktu, lalu meninggalkan kedua orang yang tengah berseteru. Lalu pilihan terakhir adalah menghentikkan perseteruan mereka, dan membuang waktu untuk memberikan pemawar.
"Mereka benar-benar membuang waktuku," ucap Sena kesal. Sena akhirnya menurunkan sedikit egonya. Dia menepuk-nepuk kuda di depannya lalu berkata, "Baiklah, kuda. Kau tunggu dulu di sini, jangan kabur. Aku akan menghentikan dua manusia ini."
Sena mengepalkan kedua tangannya. Dia menggulung kedua lengan bajunya ke atas, sampai cahaya berwarna putih terang mulai muncul dari tangannya. "Hentikan pertengkaran tak berguna ini!" teriak Sena.
Jayden dan Stefan sama-sama mengeluarkan pedang satu sama lain. Keduanya berniat untuk menusuk, tetapi Sena sudah lebih dulu menahan sekaligus melelehkan pedang keduanya menjadi cairan panas.
"Sena?"
Sena berdecak, dan melirik tajam ke arah Jayden sekaligus Stefan. "Sudahi pertengkaran ini, kalian bisa melanjutkannya di istana nanti! Sekarang, lebih baik kita pergi sekarang juga."
Jayden menarik dan mengeluarkan napas panjang. Karena emosi, pikiran Jayden tak bisa dikendalikan. Pemuda itu akhirnya mengangguk, dan berniat untuk naik ke atas kuda bersama Sena. Namun, ternyata kuda yang ingin Jayden naiki tak mau membawa Jayden. Kuda itu malah menyibakkan ekornya ke wajah Jayden, sampai Stefan tersenyum kecut, menertawakan penolakan yang diterima Jayden.
Stefan menyeka darah di ujung bibirnya, dia berkata, "Kuda saja tak mau mengangkat manusia licik dan pemarah sepertimu."
Jayden berdecak, lalu Sena mengangkat bunga milik Jayden beserta Stefan ke atas kudanya. "Baiklah, karena kudanya tak mau mengangkut Jayden, kuda ini lebih baik mengangkut bunga-bunga saja. Aku juga akan berjalan bersama kalian."
Jayden mengernyitkan kening, lalu berkata, "Apa kau tak lelah?"
Sena menjawab, "Lelah? Sudah pasti lelah. Tapi kalian juga sama-sama lelah, bukan? Aku tak enak hati, jika harus naik di atas kuda, sementara kalian berjalan seperti ini."
Langkah demi langkah dilewati Sena bersama kedua pangeran. Terkadang Sena berhenti, untuk mengusap keringat ke kening. Lalu Jayden sibuk berjalan di tengah Sena dan Stefan. Dengan mata menyipit dan lirikan tajam kepada Stefan, Jayden tak membiarkan pemuda itu mendekat ke arah Sena lagi.
Sementara Stefan sendiri mengeluarkan napas panjang, melihat sikap Jayden yang terus menjauhkannya dari Sena. Padahal Stefan benar-benar ingin meminta maaf, dan memperbaiki sikapnya. Namun, tatapan tak suka Jayden dan sikap Jayden membuat suasana hati Stefan memburuk.
Ketiga orang itu baru berhenti berjalan, ketika sampai di tengah tanaman rambat. Jayden mengernyitkan kening, melihat tanaman di depannya sudah tumbuh kembali, meskipun tak selebat saat dia dan Sena melewati tempat ini. "Tanaman ini sepertinya memang tak bisa dimusnahkan."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...