Syarat update chapter selanjutnya:
25 vote + 7 komen dari akun yang berbeda.Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞
•••
Mimpi sekaligus kenangan Stefan langsung terputus, ketika Sena memanggil-manggil namanya.
"Pangeran kedua!"
"Pangeran kedua!"
"Stefan!" panggil Sena.
Kelopak mata Stefan terbuka sedikit demi sedikit. Begitu pula dengan cahaya mentari yang masuk melewati jendela kamar Sena. Dulu, Stefan akan menutup jendela kamarnya, ketika sinar matahari membangunkannya dari mimpinya. Namun, sekarang? Stefan membuka lebar kelopak matanya, untuk membalas panggilan Sena dengan senyuman tipis. "Selamat pagi," sapa Stefan.
Sena tak terbiasa dengan sapaan dan senyum Stefan, yang hampir membuat dirinya salah tingkah. Sebisa mungkin, Sena berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia kemudian memberitahu Stefan, "Hari ini, aku dan para penyihir memutuskan untuk melepasmu. Jadi, kau bisa bebas sekarang, terlebih lagi segel kerajaan sudah dilepas di sekitar mansion."
Stefan tersenyum, lalu berkata, "Lalu lukamu sendiri? Bagaimana sekarang?"
Sena melihat ke arah kakinya, lalu tersenyum tipis. "Sebenarnya lukanya masih sakit, karena kemarin aku terlalu banyak menggunakan sihirku. Tapi, tenang saja. Sekarang sudah lebih baik."
"Syukurlah," ucap Stefan, yang langsung membuat Sena mengernyitkan kening. Sena bergumam, "Biasanya dia suka menyakiti Sena, apa benar pemuda ini sudah berubah?"
Sena menggelengkan kepala, lalu berdiri tegak dan memberitahu, "Kalau begitu, ayo pergi ke meja makan. Para penyihir sudah menyiapkan sarapan, sekaligus beberapa omelan untukmu. Jadi, kau harus mempersiapkan kupingmu untuk mendengar omelan mereka."
Sudut bibir Stefan terangkat ke atas. Dia tiba menyentuh bahu dan belakang lutut Sena, sebelum akhirnya menggendong Sena layaknya pengantin baru. "Kakimu masih terasa ngilu bukan?"
Sena memelototkan mata rubahnya, dengan kening mengernyit. Dia berkata, "Kau tak perlu melakukan hal seperti ini."
Stefan menjawab, "Para penyihir itu akan semakin mengomeliku, jika mereka melihat kakimu yang sakit menginjak lantai sedikit saja."
Sena mengeluarkan napas panjang. "Kau benar. Para penyihir bawel itu sudah pasti akan kembali mengomel. Padahal, mereka bisa saja membantuku dengan menggunakan sihir mereka, tapi mereka memang berniat menyusahkanmu. Jadi, terima saja derita hidupmu ini."
Bukannya tersinggung, Stefan malah tertawa kecil. Dia berjalan mengikuti arahan jari telunjuk Sena. Meskipun Sena terus bercerita dan arah pandang Stefan terfokus pada mata rubahnya yang berbinar. Stefan menundukkan kepala, sebelum sampai di meja makan, dia sempat bertanya, "Sena, apa saat kecil... kau pernah mendatangi istana, untuk memandangiku dari jauh?"
Sena tertawa kecil, lalu menepuk dada Stefan. Dia memberitahu, "Aku mengintipmu? Kau terlalu percaya diri, Pangeran."
Stefan tiba-tiba memperingati, "Dulu, kau pernah mengejar-ngejarku, dan selalu menempeliku. Jadi kupikir, kau pernah mengintipku juga."
Sena berdecak, lalu mengernyitkan kening untuk berpikir. Sena membatin, "Aku tak tahu, karena aku belum pernah mengalami kehidupan Sena kecil. Tapi dilihat dari sifat Sena dulu yang dingin, pemberani, dan menempeli Stefan tanpa tahu malu, sepertinya Sena tak mungkin bersembunyi-sembunyi."
Setelah berpikir cukup lama, Sena lalu berkata kepada Stefan, "Aku tak pernah menyusup ke istana seperti itu. Jika aku mau, aku pasti menunjukkan diriku langsung. Seorang penyihir mempunyai keberanian untuk melakukan hal seperti itu."
Ucapan Sena membuat Stefan berhenti berjalan. Pemuda itu memandang langsung ke arah Sena dengan mata menyipit. Setelah itu, keempat bola mata keduanya bertemu kembali. Stefan memajukan wajahnya, lalu berkata, "Tapi aku merasa, kau pernah melakukannya. Bukan sekali, tapi beberapa kali. Aku bahkan pernah menangkap basah dirimu sedang menyusup. Apa kau sungguh tak mengingatnya?"
Sena meneguk ludahnya sendiri. Dia tidak tahu kenangan atau pun masa lalu Sena asli. Apalagi para penyihir tak memberitahukannya soal hal ini. Untuk itu, Sena hanya mematung takut salah menjawab, dan Stefan sadar dia aslinya bukanlah Sena.
"Kenapa kau bisa tak ingat? Padahal dulu kau memberitahuku, alasanmu jatuh cinta padaku adalah saat kau menyusup ke istana," tanya Stefan keheranan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...