❐⛓20. Buta Hati (1)

356 73 4
                                    

"Kau.... "

Belum sempat Stefan mengakhiri ucapannya, pemuda itu sudah lebih dulu tak sadarkan diri. Sena yang berdiri di depan Stefan, langsung mengernyitkan kening. Penyihir itu menatap ke arah Stefan, baru kemudian melirik ke arah tanaman rambat.

"Jadi dia pergi ke sini sendiri, itu pun tanpa membawa senter atau lilin? Sok berani sekali," sindir Sena.

Sena berdecak, lalu memegangi tali kudanya erat-erat. Setelah itu, Sena melirik ke arah kuda, dan memberitahu, "Kuda, sepertinya para pengawal sudah pulang, setelah melepas pangeran kedua melewati tanaman rambat."

"Jadi, kau tak perlu khawatir, lagi. Sekarang, lebih baik kita menunggu Jayden di kaki gunung, mengerti? Aku tak ingin Jayden mengalami serangan jantung, jika melihat kuda sewaannya melarikan diri," jelas Sena. Sena berusaha menenangkan kuda, sekaligus mengusap-usap rambut si kuda. Namun, si Kuda tetap tak mau bergerak. Kuda itu bahkan mendorong-dorong Sena ke arah Stefan.

"Ck, kau tak mau meninggalkan pangeran ini? Kau ingin membantunya? Jika iya, maka bantu saja sendiri!" gertak Sena.

Sena menggerutu, dan si kuda langsung mengeluarkan suaranya. Dia membelakangi Sena, baru kemudian menyibakkan ekornya ke wajah Sena. Hal itu membuat Sena mendengkus, dan melirik ke arah Stefan. "Pemuda ini pasti kelelahan setelah melawan tanaman rambat. Jika aku meninggalkannya di sini, mungkin dia akan dimakan binatang buas."

"Baiklah, demi rasa kemanusiaanku yang masih ada, aku akan menolong makhluk menyebalkan ini. Kau puas, kuda?" tanya Sena.

Si Kuda langsung bersorak gembira, sembari mengangkat kaki depannya ke atas. Setelah kuda itu turun, akhirnya Sena meminta kuda itu untuk menurunkan tubuhnya ke bawah. Sementara Sena sendiri, susah payah mengangkat tubuh Stefan ke atas kuda. "Setelah dia sadar, aku pasti akan menagih balas budi," ucap Sena.

•••

Hangat, tenang, nyaman dan damai. Stefan baru pertama kali merasakan tubuhnya dilapisi kehangatan, padahal dia sama sekali tak memakai selimut atau pun mantel besar. Kelopak mata Stefan tertutup erat, tetapi sudut bibir Stefan terangkat ke atas. Stefan bermimpi, jika Selena memberinya cahaya bulan yang terang, untuk menyinar gelapnya langit malam.

Namun, setelah menghirup aroma di sekitarnya lebih lama lagi, Stefan baru sadar jika orang yang menolongnya bukan lagi Selena. Semua bayangan sinar rembulan lenyap, tergantikan oleh sinar matahari yang selama ini bersembunyi di balik bulan. Matahari setia memantulkan cahayanya, sehingga bulan terlihat seperti bersinar terang. Padahal, sejak awal bulan tak memiliki cahaya.

"Selena!"

Perlahan tapi pasti, Stefan mulai terbangun dari mimpi buruknya. Dia memelototkan mata, melihat ke sekelilingnya dengan mata menyipit. Gelapnya langit malam, sudah tergantikan dengan cerahnya langit di pagi hari. Terdapat sebuah tanah datar yang ditumbuhi pepohonan, sungai mengalir, dan di depannya terdapat gunung yang selama ini Stefan cari.

Stefan mulai memikirkan bagaimana caranya dia bisa pergi ke tempat ini? Apa ada orang yang sudah menolongnya? Entahlah, Stefan tak tahu. Dia mengurut keningnya sendiri, lalu tersentak kaget ketika menemukan sebuah kuda yang berada di sampingnya.

"Kuda? Tunggu, ini bukan kuda biasa. Kuda ini merupakan kuda kerajaan, tapi..."

Belum sempat Stefan mengakhiri ucapannya, matanya melihat Sena yang masih tertidur di belakang kuda. Tanpa sadar, Stefan langsung berdiri dari tanah. Dia mengeluarkan pedangnya, lalu menjulurkan pedang itu ke arah Sena, hingga akhirnya kuda di samping Stefan bersuara dan membangunkan Sena.

Sena menguap, kemudian terduduk sembari mengusap-usap matanya sendiri. Setelah itu, Sena mencoba membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. Dia bertanya, "Kuda apakah Jayden sudah datang? Dia bilang, dia akan datang kemarin malam, tapi sampai sekarang Jayden masih belum---"

Sena memelototkan mata, melihat pedang Stefan terjulur tepat di depan hidungnya. Sena berusaha untuk tetap tenang, dan berkata, "Tak tahu diri. Aku sudah menolongmu kemarin malam, dan memindahkanmu ke tempat yang lebih aman. Tapi kau malah menjulurkan pedangmu padaku seperti ini?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang