❐⛓24. Perhatian Tersembunyi (3)

311 73 12
                                    

Syarat update chapter selanjutnya:
20 vote + 5 komen dari akun yang berbeda.

Yang mau baca lanjutannya ayo komen emoji mataharinya di sini:🌞

•••

Jayden mengepalkan tangannya. Namun, tujuannya untuk mengobati rakyat juga tak bisa dia abaikan. Apalagi ketika kuda yang awalnya tak mau dinaiki, kembali menyibak-nyibakkan ekornya untuk mengajak Jayden pergi.

Jayden menatap tajam ke arah Stefan, lalu Stefan memberitahu, "Tak perlu khawatir. Aku benar-benar akan mengantarkan Sena tepat waktu ke mansion penyihir. Sekaligus meminta maaf pada semua penyihir yang ada."

"Antarkan Sena dengan selamat, dan jangan berani menyentuhnya lebih jauh. Jika kau melakukannya, aku pastikan kau ada dalam bahaya," peringat Jayden. Setelah itu, Jayden membawa kuda, untuk pergi lebih dulu.

Tak butuh waktu lama, bagi para pengawal istana datang menjemput Stefan, atau pun membawa pulang rekannya yang tertinggal. "Pangeran! Anda... Anda... kenapa Anda membawa penyihir itu?! Cepat lepaskan dia, dan kami akan memborgol tangannya dengan borgol sihir!"

Keributan yang diciptakan para pengawal membuat Stefan menaruh jari telunjuknya di depan bibir. Dia berkata, "Berikan aku satu kuda, dan pergilah untuk memproduksi obat penawar."

"Aku akan pergi ke mansion penyihir, untuk mengantarkan Sena terlebih dahulu," kata Stefan.

Para pengawal berniat mengelak keinginan Stefan, tetapi Stefan sudah lebih dulu menundukkan salah satu kuda, kemudian menaikkan tubuh Sena ke atasnya. Tak lupa, pemuda itu juga naik, dan memeluk Sena dari belakang. Dia berpesan, "Kerjakan tugas kalian tanpa banyak protes!"

Setelah mengatakan hal itu, Stefan membawa kudanya pergi ke arah lain. Meskipun dia hanya mengandalkan cahaya rembulan yang redup, tapi Stefan masih setia memegangi pinggang Sena, sementara salah satu tangannya lagi menggenggam erat tali kuda miliknya.

Tidur Sena terganggu oleh gerakan kuda yang dia tumpangi. Diam-diam kelopak matanya terbuka sedikit demi sedikit. Sena tak menyangka, jika Stefan bisa memperlakukannya baik seperti ini. Bahkan, sakit pada telapak kaki Sena pun tak dirasa Sena, karena fokus Sena tertuju pada perhatian Stefan.

"Apa tidak masalah aku menyandarkan tubuhku seperti ini?" gumam Sena. Sena terlalu lelah untuk pergi dari pegangan Stefan. Penyihir itu membiarkan Stefan membawanya menelusuri panjangnya hutan, dan angin malam yang mulai menusuk tubuh.

Begitu pula dengan Stefan yang tak mempermasalahkan ketidakberdayaan Sena. Dibanding menangkap Sena, pemuda itu lebih memilih membawa Sena menuju mansion penyihir. Dia membiarkan Sena tertidur lelap di dadanya, tanpa berniat mengusik tidur Sena sedikit pun.

"Bertahanlah sebentar lagi, kita akan sampai," bisik Stefan.

Tenang, hangat dan juga damai. Stefan tersenyum tipis, mencium aroma orang yang pernah mengobatinya, lewat rambut Sena yang berada tepat di depan hidungnya. Pemuda itu mengusap beberapa helain rambut yang menghalangi arah pandang Sena. Sampai Sena membuka lebar kelopak matanya, lalu berniat untuk turun dari kuda.

"Mansion penyihir sudah ada di depan mata, kau bisa menurunkanku di sini," ungkap Sena.

Stefan menarik pinggang Sena untuk tetap diam di tempat, dia berbisik, "Aku akan mengantarmu sampai mansion, kau tak perlu turun."

Sesuai perkataannya, Stefan mengantarkan Sena ke mansion penyihir. Pemuda itu turun lebih dulu, lalu menggendong Sena tanpa banyak bicara. Hal itu membuat Sena memelototkan mata, dan berkata, "Turunkan saja aku di sini. Aku bisa berjalan sendiri."

Stefan tak mendengar permintaan Sena. Dia malah melanjutkan langkahnya ke dalam mansion, sembari berucap, "Jangan membodohi dirimu sendiri. Kakimu terluka, memangnya kau tak merasakan sakit?"

"Sakit memang sakit, tapi aku bisa berjalan sendiri. Turunkan aku!" pinta Sena.

Stefan menolak, dan Sena memberontak. Keduanya baru berhenti berdebat, ketika Stefan sampai di gerbang penyihir. Baru saja dia melangkahkan kaki ke depan, berbagai benda tajam sudah menyambut kedatangannya.

"Pangeran kedua, S*alan! Berani sekali kau datang ke tempat kami!"

"Kau mungkin bisa masuk, tapi tak akan keluar dengan nyawa yang masih utuh!"

"Keturunan biru sepertimu seharusnya dihabisi dalam satu kali tusukan saja! Dasar munafik!"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang