"Jika kau mempunyai rencana untuk menggodaku, maka selamat... kau berhasil melakukannya, penyihir."
Sudut bibir terangkat ke atas. Keempat mata bertemu tanpa pembatas. Bahkan setiap helaan napas Stefan terasa panas. Stefan jatuh cinta, dan rantai kutukan Selena terlepas. Sementara Sena yang ditatap, merasakan sekujur tubuhnya ikut memanas.
Harusnya Sena marah, bukan? Pemuda di depannya mendekati dan menyentuhnya tanpa izin. Namun, anehnya Sena malah merasakan denyutan tak biasa di jantungnya. Pipinya memanas, diselimuti oleh semburat merah. Bersamaan dengan munculnya binar cahaya di antara kedua mata rubahnya.
Kenapa Stefan tiba-tiba tersenyum manis, dan melembutkan suaranya? Apa-apaan ini? Apa pemuda itu tengah merayu Sena? Lalu kenapa Sena sangat mudah terpengaruh. Seolah-olah, keduanya memang ditakdirkan untuk menjadi pasangan.
"Tidak! Ini tidak bisa terjadi! Brengs*k!"
Sena mengelak perasaan yang tengah dirasakan oleh hati Sena. Dia terus menahan diri, untuk tidak terbuai dengan perlakuan Stefan. Matanya melirik ke arah lain. Dia tak bisa terus melihat senyuman tulus Stefan ke arahnya. Karena Sena tebak, mungkin saja dia akan tenggelam dalam hipnotis pemuda itu.
Sebelum Sena termakan pesona Stefan, Sena mendorong Stefan untuk menjauh dari tubuhnya. Penyihir itu berusaha bergidik ngeri, dan menjauhi Stefan sebisa mungkin. Namun, karena air hujan masih terus mengguyur bumi, Sena tak punya pilihan lain selain bersembunyi di balik pohon yang sama dengan Stefan. Sena memperingati, "Jangan berani mendekatiku, jika kau tak ingin hangus menjadi abu."
Peringatan Sena membuat Stefan terdiam. Bola mata pemuda itu menatap tetesan air hujan yang jatuh ke tanah. Di antara rintikan hujan, Stefan menyentuh bibirnya sendiri. Dia mengernyitkan kening, kemudian mengurut keningnya sendiri, sembari memikirkan apa yang telah dia perbuat pada Sena.
"Ba... bagaimana mungkin. Apa... apa yang sudah aku lakukan? Sejak kapan, aku punya pikiran seperti ini?" Stefan menaruh telapak tangannya di depan dada. Dia merasakan detak jantungnya berdetak kencang, bersamaan dengan perasaan senang yang menggelitiki perutnya.
Sebelumnya, jika Stefan jauh dari Selena dan dekat dekat gadis lain, dia mungkin akan merasakan denyutan nyeri di sekitar dada. Namun sekarang? Ketika binatang buas dilepas dari rantainya, Stefan malah merasakan perasaan aneh yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Kali ini bukan sebuah siksaan, tapi perasaan lega dan juga kenyamanan.
"Apa ikatannya sudah terlepas?" tanya Stefan heran. Stefan melirik ke belakang pohon. Dia tak bisa melihat Sena secara langsung, tetapi Stefan bisa menebak jika Sena tengah bersembunyi di balik pohon. Hal itu membuat Stefan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. "Apa yang sudah aku lakukan? Aku pasti sudah gil*, karena berada di hutan ini. Atau penghuni tempat ini merasukiku?"
Ketika Stefan tengah terdiam, Sena sendiri sibuk menyandarkan punggungnya ke pohon. Dia masih merasakan jantung yang berdetak kencang, dengan pipi memanas. Bahkan, Sena bisa melihat helaian rambut pirangnya bersinar cerah, tanda Sena bahagia. "Jangan terbawa perasaan! Ingat siapa jati dirimu sebenarnya! Ingat, jika kau bukan Sena! Tak seharusnya kau terbawa perasaan seperti ini!" jelas Sena pada dirinya sendiri.
Ketika Sena tengah merenung, dan Stefan merutuki tingkahnya sendiri, tiba-tiba Jayden datang dengan sebuah anyaman tanaman. Pemuda itu menjadikan daun pisang besar sebagai payung, sementara sebelah tangannya sendiri memegangi tas anyaman dan bola sihir Sena.
Awalnya Jayden tersenyum lebar, berniat menunjukkan hasil anyamannya pada Sena. Namun, setelah Jayden kembali, Jayden malah menemukan sosok Stefan yang sedang mengurut keningnya. Dia memelototkan mata, lalu berkata, "Kau..."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
FanfictionSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...