Negri Angin (1) : Bertemu Gale

202 20 5
                                    

Jeremy mengencangkan tali sepatunya. Wajahnya tersenyum lebar. Semalam dia mendapatkan sepatu kulit coklat dari aiden. Untuk pertama kalinya dia memakai sepatu semahal itu. Dia mengelap ujung sepatu itu dengan sapu tangan.

"Pokoknya gaboleh lecet!"

Lalu dia mengemas barang barangnya dan keluar dari kamarnya. Dia berjalan di lorong kuil yang gelap hanya diterangi oleh beberapa lentera saja. Udara terlalu pagi ketika belum ada matahari memang sangat dingin bahkan menusuk ke kulit jeremy.
Seharusnya dia tidak perlu bangun pagi pagi seperti sekarang tapi di karenakan mereka tidak jadi memakai kuda jadi mereka akan berjalan.

"DOR!!"

Aiden mengejutkan jeremy dari belakang tetapi jeremy tidak terkejut sama sekali, justru dia menatap temannya itu dengan tatapan aneh.

"Yah.. kenapa kamu ga terkejut??" Wajahnya yang semangat menjadi cemberut

"Lagian ngapain coba begitu, kita gaboleh berisik tau.."

"Padahal kan sekarang masih gelap biasanya orang pada takut berjalan sendirian apalagi di lorong yang super dingin!!" Aiden menggosok gosok badannya supaya sedikit hangat.

"Wah kamu memakai sepatunya!!" Aiden menunjuk kaki jeremy lalu bertepuk tangan kegirangan sendiri. Jeremy pun tersenyum memainkan kakinya.

"Ayo! kak james pasti sudah menunggu, nanti dia mukanya berubah jadi burung pemarah kalau kita membuatnya menunggu terlalu lama.."

"Ayoo!" Aiden merangkul tangan jeremy. Anak itu senang sekali karena ini untuk pertama kalinya dia pergi dari negri api selama seumur hidupnya.

"Gausah gandengankan bisa! Kamu berat tau!"

Mereka bertemu dengan james di pintu belakang kuil supaya tidak ada yang melihat mereka. Ada tuan gustaf juga disana.

"Selamat pagi tuan muda aiden dan jeremy" tuan gustaf menyapa mereka

"Selamat pagi tuan gustaf! Wah sebenernya kamu tidak perlu repot repot bangun sepagi ini tuan!"

"Selamat pagi tuan gustaf"

"Tidak apa ini sudah kewajiban saya"

"Kalian sudah siap kan? Kita pergi sekarang" james menggendong tasnya di belakang punggung

"Sudah kak" mereka berdua menyaut lalu jeremy jalan ke arah tuan gustaf

"Tuan gustaf"

"Ada apa jeremy?"

"Aku akan berusaha secepat mungkin menguasai kemampuanku" jeremy berbicara dengan tegas

Tuan gustaf tersenyum dan menepuk nepuk pundak jeremy

"Saya berdoa yang terbaik untukmu jeremy"

Jeremy tersenyum "JERE AYOO!!" Aiden memanggilnya dari arah luar, dia dan james sudah keluar dari pintu belakang. Sebelum benar benar pergi jeremy menatap tuan gustaf dengan ragu..

"Tuan gustaf bolehkah aku minta satu hal darimu??"

"Tentu saja! Jika aku bisa mengabulkannya akan aku lakukan!"

"Tolong jaga oma rose selagi aku pergi dalam waktu yang lama.. mungkin akan sulit karena kamu sibuk di negri api sedangkan oma di desa.. tapi bisakah sesekali kamu melihatnya.. untukku?"

"Aku janji akan menjaga oma rose untukmu"

Tuan gustaf kaget saat tiba tiba jeremy memeluknya erat, lalu tuan gustaf menghelus punggung jeremy.

"Terimakasih tuan gustaf!"

"Pergilah dan temui takdirmu.. baik saya ataupun oma rose akan menunggu kalian pulang"

ELEMENTWhere stories live. Discover now