Mimpi

62 10 0
                                    

Jeremy sedang bersama dengan kakeknya di dalam ruang kerja. Krystal biru yang sudah kembali ke tangan oma rose sekarang sudah berada di sebuah meja bundar yang memiliki tiang kayu yang tinggi sekitar dada jeremy.

"Jeremy fokus kan kembali dirimu dan buatlah koneksi diantara kamu dengan krystal itu. Kekuatan besar dari krystal itu hanya bisa di gunakan oleh keturunan asli elemen universal."

Jeremy memejamkan matanya dan berusaha fokus. Dia merasakan energi panas di seluruh tubuhnya.

"Tahan jeremy kau pasti bisa! Fokus!"

Keringat jeremy mulai menetes. Badannya mulai merah. Matanya bergerak tidak fokus. Lalu dia membuka matanya. Nafas berat dan panjang keluar dari mulutnya.

"Huft..huft.. kek... ini terasa sangat panas aku tidak bisa menyatu dengan krystal itu." Jeremy memegang dadanya  panas

Tuan gustaf melipat tangannya di dada.

"Tidak mungkin tidak bisa menyatu jeremy. Krystal itu sudah sedikit terkoneksi denganmu, di saat krysral itu menyelamatkan kamu saat perang terkahir dan bahkan saat kamu hampir mati keracunan"

"Cobalah berbicara dalam hati. Kamu harus bisa terkoneksi dengannya agar bisa menggunakan seluruh kekuatannya"

Jeremy menyeka keringatnya lalu berusaha tenang dan fokus lagi. Dia memejamkan matanya lagi. Aliran energi panas itu kembali dia rasakan. Jeremy jadi gemetar.

"Fokus.. jangan takut.. kau akan baik baik saja.. kamu harus percaya pada krystal itu.."

Suara tuan gustaf tergiang ngiang di telinga jeremy. Jeremy terus berusaha tapi dia tidak tau kenapa dia tidak bisa terkoneksi pada krystal itu hingga sampai di batasnya dia jatuh pingsan.
Hanya suara tuan gustaf saja yang dia bisa dengar lalu setelah itu dia tidak ingat lagi.

Jeremy membuka matanya. Dia melihat sinar matahari masuk ke matanya. Dia melihat dirinya sedang terbaring di atas rumput hijau. Udara sejuk di hirupnya. Dia segera berdiri.

"Di..dimana aku?? Apa aku bermimpi??"

Jeremy tidak melihat ada satu orang pun di sana kecuali sebuah rumah terbuat dari kayu yang cukup besar. Rumah itu terlihat bagus dan layak di tinggal. Lalu dia memutuskan masuk ke dalam rumah itu. Pintu itu tidak terkunci saat jeremy mengetuknya.

"Permisi.. apa ada orang?"

Hening

Lalu jeremy melihat ada seseorang laki laki berusia 40 an sedang berdiri di tepi danau di belakang rumahnya. Jeremy segera menghampiri orang itu. Laki laki itu berpakaian kemeja putih dan celana coklat panjang. Saat melihat jeremy, laki laki itu tersenyum ke arahnya.

"Maaf menganggu.. apa anda pemilik rumah ini?"

"Benar saya pemilik rumah ini" suaranya yang teduh seperti air danau membuat jeremy merasa nyaman.

"A..apa kau mengenalku paman? Sepertinya kau mengenalku.. dari caramu melihatku.. itu sedikit aneh.."

Jeremy memang anak yang langsung jujur tanpa basa basi. Laki laki itu sekarang berhadapan dengan jeremy. Dia menghelus pucuk kepala jeremy. Jeremy terkejut tapi dia merasa nyaman.

"Ya.. kau benar aku memang mengenalmu jeremy."

"Siapa kamu?"

"Aku.. keluargamu."

Jeremy berpikir sejenak dan melihat sekitarnya. Tempat itu terasa asing sekali. Lalu tiba tiba matanya membesar dan dia menutup mulutnya terkejut. Jeremy memyadari sesuatu.

"Ti..tidak mungkin.."

"Jangan bilang..kau..sang elemen universal itu??"

Orang itu tersenyum

ELEMENTWhere stories live. Discover now